TAFSIR SURAT AL-BURUJ
Surat Al Buruuj terdiri atas 22 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah diturunkan sesudah surat Asy-Syams. Dinamai Al Buruuj (gugusan bintang) diambil dari perkataan Al Buruuj yang terdapat pada ayat 1 surat ini.
Sikap
 dan tindakan-tindakan orang-orang kafir terhadap orang-orang yang 
mengikuti seruan para rasul; bukti-bukti kekuasaan dan keesaan Allah; 
isyarat dari Allah bahwa orang-orang kafir Mekah akan ditimpa
azab 
sebagaimana kaum Fir'aun dan Tsamud telah ditimpa azab; jaminan Allah 
terhadap kemurnian Al Quran.
Mufradat
Al-Buruj :   Gugusan bintang
Al-Mau’ud :   Yang dijanjikan
Ashab al-Ukhdud :   Orang-orang yang membuat parit.[1]
Dzat al-Waqud :   Kayu Bakar
Al-Junud :   Kaum-kaum penentang
Tafsir Fi Ahkam al-Qur’an
1. Wassama dzat al-Buruj,
 maksudnya Allah SWT bersumpah dengan nama langit. Mengenai surat 
al-Buruj terdapat empat pendapat. Pertama, ada yang berpendapat itu 
bintang, diantara yang berpendapat demikian adalah Hasan, Qatadah, 
Mujahid dan Dhihak. Kedua, istana menurut Ikhrimah dan Mujahid, Ikrimah 
berkata: “Itu adalah istana di langit.”, Mujahid berkata: “bintang yang 
di dalamnya terdapat pemelihara.” Ketiga, makhluk, diantara yang 
berpendapat demikian adalah Minhal bin Amr. Keempat, Manazil menurut Ubaidah dan Yahya bin Salam. Di dalamnya terdapat dua belas bintang, yaitu manazil (garis edar), planet,
 matahari dan bulan. Bulan itu beredar di setiap bintang selama dua hari
 dan tiga hari. Maka berjumlah dua puluh delapan hari. Kemudian 
mengelilingi selama dua malam. Dan matahari beredar di setiap bintang 
selama satu bulan. Berikut nama bintangnya, haml, Tsaur, Jauza’, 
Surthan, Asad, Sanabilah, Mizan, Aqrab, Qus, jadi, Ad-dalu, dan al-Huth.
 Al-Buruj bagi kalangan Arab berarti istana, sebagaimana Allah SWT 
berfirman dalam surat an-Nisa’ 78.
2. Wal yaum al-Mau’ud,
 maksudnya hari akhir, yaitu hari kiamat. Tidak ada perbedaan di 
kalangan ahli tafsir. Ibnu Abbas berkata, “penduduk langit dan penduduk 
bumi berkumpul di dalamnya.
3. Wa syahidu wa masyhud, terdapat perbedaan, Ali, Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Abu Hurairah ra berkata, “asyahid
 artinya hari jum’at, sedangkan masyhud artinya hari ‘arafah. Dan itu 
adalah pendapat Hasan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu’, ia 
berkata: Rasulullah SAW bersabda: al-Yaum al-Mau’ud artinya hari kiamat 
dan yaum al-Masyhud artinya hari ‘Arafah, sedangkan al-Syahid artinya hari jum’at. (HR. Tirmidzi).
4. Qutila ash-hab al-Ukhdud, maksudnya melaknat. Ibnu Abbas: setiap ada kata qutila dalam al-Qur’an maka artinya melaknat.
5. An-Nar dzat al-waqud,
 maksudnya Api yang dinyalakan dengan kayu bakar dan badan manusia. 
Menurut para ahli aqli, Abu Simal al-‘Adawi, maksudnya api yang membakar
 manusia dengan kayu bakar.
6. Idzhum ‘alaiha Qu’ud, maksudnya Mereka (para Ashab al-Ukhdud) membuat parit dan kaum mu’minin diletakkan di dalamnya, kemudian dilempar dan dibakar.
7. Wa hum ‘ala ma yaf’aluna bi al-mu’minina syuhud,
 maksudnya kehadiran orang-orang kafir. Lalu mereka menawarkan kekafiran
 kepada kaum mu’minin. Barang siapa yang menolak tawaran itu, maka akan 
dilemparkan ke dalam parit yang berapi.
8. Wama naqomu minhum illa an yu’minu billah al-Azizi al-Hamid,
 maksudnya tidaklah raja dan pengikutnya itu membakar mereka (kaum 
mu’minin) kecuali karena mereka beriman dan meyakini Allah yang Maha 
Perkasa lagi Maha Terpuji.
9 Alladzi lahu mulkussamawatu wal ardh wallahu ‘ala kulli Syain syahid,
 maksudnya tidak ada sekutu dan penyeru baginya. Allah Maha Mengetahui 
perbuatan hamba-Nya, tidak ada yang dapat tersembunyi dari-Nya.
10. Tsumma lam yatubu,
 maksudnya terus melakukan perbuatan buruk. falahum ‘adzabu jahannam, 
maksudnya karena kekufuran mereka. Walahum ‘adzab al-Khariq maksudnya 
karena pembakaran mereka terhadap kaum mu’minin. Ibnu Abbas berkata, 
walahum ‘adzab al-Khariq maksudnya bagi orang-orang yang menyiksa kaum 
mu’minin akan adzab yang bertambah atau berlipat.
11. Innalladzina amanu wa ‘amilushshalihah lahum jannat at-Tajri min tahti al-anhar dzalika fauzu al-kabir
 adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Wa ‘amil 
ash-Ashalihat lahum jannat maksudnya akan diberikan dua kebun. Tajri min
 tahti al-anhar maksudnya air dan susu yang rasanya tidak akan pernah 
berubah dan khamer yang lezat. Dan sungai-sungai dari madu yang bersih.
12. Inna batsa rabbika lasyadid maksudnya adzab Allah itu pedih dan keras.
13. Innahu huwa yubdiu wa yu’id
 maksudnya Dia-lah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan 
menghidupkannya (kembali) di hari kebangkitan. Diriwiyatkan dari 
Ikrimah, ia berkata: “orang-orang kafir merasa heran ketika dihidupkan 
kembali dari kematiannya. Ibnu Abbas berkata: Allah mendahulukan adzab 
yang hariq itu di dunia. Kemudian dia rasakan adzab itu lagi di akhirat kelak. Demikian menurut Thabari.
14. wahuwa ghafur al-Wadudu,
 maksudnya mengampuni bagi dosa-dosa hambanya yang mu’min dan mencintai 
para walinya (orang-orang yang mencintai-Nya). Diriwiyatkan dari 
adh-Dhuhaq, dari Ibnu Abbas, ia berkata: sebagaimana masing-masing dari 
kalian yang saling mencintai dengan saudaranya dengan rasa kemanusiaan 
dan kecintaan.
15. Dzul ‘arsy al-Majid, maksudnya yang 
memiliki kerajaan dan kekuasaan. Menurut Abu Ubaidah dan Abu Hatim, 
al-Majid artinya akhir atau puncak dari kemuliaan dan keutamaan.
16. Fa’al lima yurid, maksudnya tidak ada yang bisa mencegah kehendak-Nya.
17. Hal ataka hadits al-junud,
 maksudnya sungguh telah datang kepadamu hai Muhammad banyak khabar 
bohong supaya dapat menolakmu, beramah tamahlah kepada mereka dan hibur 
mereka, kemudian terangkanlah kepada mereka.
18. Fir’auna wa tsamud,
 kedua kata itu dalam keadaan jar karena berasal dari badal junud. 
Maknanya adalah bahwasanya kamu mengetahui apa yang Allah lakukan kepada
 mereka ketika mereka berdusta kepada nabi-nabi mereka.
19. Balilladzina kafaru bil mu’minina syuhud,
 maksudnya dari orang-orang yang tidak beriman. Fi takdzib adalah para 
pendusta sebelum mereka. Adapun kekhususan yang diberikan kepada fir’aun
 dan Tsamud adalah karena kaum Tsamud berada di negeri Arab dan 
ceritanya telah masyhur di kalangan terdahulu. Sedangkan Fir’aun 
terkenal di kalangan ahli Kitab dan lainnya. Dan dia adalah termasuk 
golongan mutaakhirin dalam kebinasaannya. Keduanya adalah sebuah contoh 
atas kebbinasaan.
20. Wallahu min waraihim muhith,
 maksudnya Allah menentukan penurunan adzab kepada mereka sebagaimana 
yang ditimpa oleh Fir’aun. Al-muhith artinya pembatas. Dan dikatakan  
Allah Maha Mengetahui dan akan membalas mereka.
21. Bal huwa qur’anumajid,
 maksudnya mengandung kemuliaan, keagungan dan keberkahan. Dan ia adalah
 penjelas bagi apa yang dibutuhkan manusia dari hokum agama dan dunia, 
tidak sebagaimana diduga oleh orang-orang musyrik. Ada juga yang 
mengatakan bahwa kata majid adalah menunjukkan bukan makhluk.
22. Fi lauh al-mahfudz,
 artinya tertulis dalam lauh, dan ia terjaga di sisi Allah dari 
perantara-perantara Syaitan. Ada yang berpendapat itu adalah um- 
al-Kitab.
[1] Yaitu pembesar-pembesar Najran di Yaman.


0 comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan komentar kamu