METODE DA'WAH RASULALLAH SAW
Oleh : Hendriyanto & Roli Noberto
Pendahuluan
Islam
adalah agama yang sempurna dan paripurna. Tidak ada agama di atas dunia
ini yang mampu menyamai atau bahkan menandingi kesempurnaannya. Islam
selalu membimbing, pengawasi, mengatur dan mengarahkan setiap pemeluknya
dimanapun dan kapanpun para penganutnya berada. Buktinya, bagaimana
Islam selalu memerintahkan kepada setiap pemeluknya untuk selalu berdoa,
memohon perlindungan serta memohon pertolongan kepada Allah SWT dari
setiap apa yang ingin lakukan oleh para pemeluknya. Karena di dalam
Islam, setiap apapun mulai dari hal yang sekecil apapun itu diatur dan
bahkan ada do’a atau dzikirnya. Akan tetapi, sebagaimana yang sudah
kita pahami bersama, segala sesuatu itu ada ilmunya dan kita sebagai
muslim harus tahu ilmunya. Karena setiap amal perbuatan yang tidak ada
ilmunya maka itu akan mengakibatkan amalnya itu di tolak dan sudah pasti
pekerjaan itu tidak akan berhasil dengan sempurna.
Maka
dari itu Islam mewajibkan kepada pemeluknya untk menuntut ilmu,
mengamalkan dan juga mengajarkan. Bagi yang tidak tahu harus bertanya
atau belajardan yang tahu harus mengajarkan. Dan proses dari itu semua
tidak terlapas dari bakan jihad dan da’wah. orang yang belajar dalam
islam disebut juga berjihad dan mengajar termaksud juga jihad dan
sekaligus berda’wah.
Berdakwah, itu adalah suatu kegiatan yang
mendasar bagi setiap muslim. Seperti dalam Al-quran Allah SWT bahkan
menegaskan,” dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan mausia tidak mengetahui.” (QS Saba’:28)[1]
Pada
dasarnya da’wah Islamiyah merupakan proses al-tahawwul wa al-taghayur (
tranformasi dan perubahan) dari yang tidak yang tidak baik ke arah
yang baik dan dari yang baik kea rah yanglebih baik hingga terbangun
individu dan masyarakat yang Islami, dalam konteks internal umat, da’wah
dimaksud adalah upaya melakukan perubahan ke arah perbaikan umat,
keselamatan masyarakat, dan kemajan bangsa dannegaranya serta memastikan
nilai-nilai Islam menjadi warna seluruh dimensi kehidupan serta
terciptanya suasana lingkungan (domestic dan public) yang islami.[2]
Untuk lebih mengkerucutnya pembahasan kita tentang da’wah ini maka
selanjutnya kami akan coba paparkan sedikit banyaknya pemahaman kami
tentang da’wah ini. Dan juga kami bertitik tolak pada sebuah hadits
Rasulullah Shalallahi’alahi wa sallam
Pembahasan
Islam
memerintahkan kepada seluruh penganutnya agar selalu menuntut Ilmu.
Wajibnya menuntut ilmu , bertujuan agar umat Islam itu menjadi umat yang
berkwalitas agar bisa memperjuangkan kejayaan Islam sampai titik darah
pengabisan. Karena umat yang malas dan enggan menuntut Ilmu menandakan
orang itu adalah umat yang tidak berkwalitas dan umat yang mundur atau
bodoh. Dan setelah di wajibkanya menuntut Ilmu, islam juga memerintahkan
umatnya untuk menyampaikan atau menda’wahkan Ilmu itu.karena salah satu
syarat yang harus di miliki oleh setia calon rijal da’wah adalah ilmu.
Da’wah merupakan sarana yang sangat penting untuk di hidupkan atau di
sosialisikan agar tumbuh dan berkembangnya generasi-generasi yang unggul
dan bekwalitas. Akan tetapi yang harus juga perhatikan dalam melakukan
pengajaran atau da’wah itu, kita harus mendalami fikud da’wah, metode
da’wah dan hal-hal lain yang harus di jauhi atau dihintari oleh para
du’at. Dari itu siapa yang harus kita jadikan acuan dalam berda’wah?
tuntunan atau acuan dalam berda’wah yang harus jadikan dalam berda’wah
adalah yang tak lain dan tak bukan, yaitu Baginda Rasul Muhammad Saw.
Sehingga umat dapat tersadarkan dan terjadinya pembinaan yang baik atau
juga dapat kita katakana dengan kalimat bina’an wa difa’an[3]
Dalam
kesempatan kali ini kita akan membahas sebuah hadits yang berkenaan
dengan bagaimananya metode dalam berda’wah. setiap du’at harus paham dan
mengerti tentang bagaimana metode dalam berda’wah, karena da’wah tanpa
mengetahui metode akan menimbulkan perlawanan dan perselisihan. Dalam
berda’wah tentu mad’u yang dihadapi sangat heterogen, mulai dari
kebudayaan, adat istiadat yang belaku di daerah itu, maka dari itu
setiap du’at harus paham dan matang dalam mengunakan metode dalam
berda’wah agar terciptanya umat yang tidak hanya dilihat pada sisi
kwantitas dkan tetapi yanglebih penting lagi adalah terciptanya umat
yang berkwalitas. Dari itu perlu bagi kita sebagai calon dan para du’at
memahami dan memiliki metode dalam berda’wah, sebagaimana Rasulullah Shalallahi’alahi wa sallam meriwayatkan dalam sebuah hadisnya yang berbunyi:
Rasulullah Shalallahi’alahi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits dari Ali bin Abi Thalib ra beliau berkata:
عن
علي بن أبي طالب رضي الله عنه أن فاطمة رضي الله عنها اشتكت ماتلقى من
الرحى فى يدها , وأتى النبي صلى الله عليه وسلم سبي , فانطلقت , فلم تجده ,
ولقيت عائشة رضي الله عنها , فأخبرتها , فلما جاء النبي صلى الله عليه
وسلم أخبر ته عائشة بمجيء فاطمة رضي الله عنها اليها .
فجاء
النبي صلى الله عليه وسلم الينا وقد أخذنا مضاجعنا , فذهبنا نقوم , فقال
النبي صلى الله عليه وسلم : ((على مكانكما )) فقعد بيننا , حتى وجدت برد
قدمه على صدري , وقال : (ألا أعلمكما خيرا مما سألتما ؟ اذا أخذتما
مضاجعكما : أن تكبرا الله أربعا وثلاثين , وتسبحاه ثلاثا وثلاثين , وتحمداه
ثلاثا وثلاثين , فهو خير لكم من خادم . )) )اخرجه ا لمسلم 1895(
Artinya : diriwayatkan
dari Ali bin Abu Thalib ra. Bahwa Fathimah ra merasa sakit tanganya
karena menumbuk tepung dan ketika itu ada seorang pelayan menawarkan
diri kepada Nabi Shalallahi’alahi wa sallam. Fathimah datang kepada Nabi
Shalallahi’alahi wa sallam. Untuk minta seorang pembantu/pelayan . Dia
pergi akan tetapi tidak berhasil menemui nabi Nabi Shalallahi’alahi wa
sallam Nabi Shalallahi’alahi wa sallam . Dia hanya mendapati Aisyah r.a.
lalu ia member tahu Aisyah ra. Ketika Nabi Shalallahi’alahi wa sallam
datang beliau diberi tahu oleh Aisyah tentang kedatangan fathimah ra
kepadanya.
Kata ali ra. Kemudian Nabi .
Mendatangi kami ketika kami berbaring hendak tidur, lalu kami ingin
segera bagun, tetapi Nabi Saw. Mengatakan,” tetap sajalah di tempat
kalian! Kemudian Nabi Shalallahi’alahi wa sallam duduk di antara kami,
sehingga saya merasakan dinginya telapak kaki beliau yang menyentuh dada
saya. Kata beliau,” sudikah kalian berdua Aku ajari sesuatu yang lebih
baik dari pada apa yang kalian minta? Apabila kalian berbaring hendak
tidur, bertakbirlah kepada Allah 34 kali, bertasbihlah 33 kali, dan
bertahmidlah 33 kali. Demikian itu lebih baik bagi kalian dari pada
pembantu/pelayan.(HR muslim 1895)[4]
Kalau
kita amati redaksi hadits diatas maka sekilas atau selayang pandang
tidak mentunjukan bagaimana metode dalam berada’wah, namun, dalam
hadits diatas kalau kita berhatikan denagn seksama maka kita akan
temukan bagaimana cara/metode Rasulullah Saw dalam mendidik dan
menda’wahi keluarga, anak dan menantunya. Dari itu ada beberapa metode
rasulullah Saw yang dapat kita jadikan contoh atau tauladan dalam
berda’wah yaitu diantaranya adalah:
- A. Setiap Du’at harus bisa menjadi orang yang bermanfaat dan tauladan yang baik bagi para mad’u mereka.
Sebagai
seorang da’I, maka bisa mengambil contoh dari makhluk Allah yaitu
lebah. Lebah adalah salah satu hewan yang unik dan luar biasa. Lebah
mempunyai sifat yang dimanapun mereka berada maka akan menghasilkan
manfaat bagi makhluk yang lain dalam hal ini adalah manusia. Boleh kita
katakan bahwa lebah ini adalah hewan yang sangat di butuhkan oleh
manusia, dimanapun mereka berada. Mereka mengasilkan madu, yang sangat
bermanfaat dan obat bagi manusia. Dan allah pun memberikan contoh dan
memberitakanya dalam Al-quran.
Jadi! setiap manusia atau du’at
harus bisa mendatangkan manfaat bagi manusia atau makhluk Allah yang
lain. Sebagi manusia yang berakal dan berilmu, kita harus memiliki nilai
dalam masyarakat kita, bukan nomor kosong yang tidak di perhitungkan.
Artinya hendaklah anda turut memiliki kontribusi dalam pembangunan
semampu anda bukan hanya menjadi beban berat bagi masyarakat anda.
Ingatlah, lebah yamg terpotong itu akan terlempar dari sarangnya, karena
tidak lagi bernilai. Dan pohon yang kering akan disingkirakn dari
kebun, karena tidak ada lagi manfaat yang dapat diharap darinya. Jadi
begitu pula orang yang tidak bisa mendatangkan manfaat bagi orang lain
maka secara tisak sadar maka ia akan terasingkan, dijauhi, dilecehkan
dan tidak akan diperdulikan[5].
خيرالنا س ينفعهم للنا س
“sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainya”.
Sebagai
seorang juru da’wah contonya, dia harus bisa menjadi orang yang
mempunyai nilai dalam masyarakatnya, karena tanpa itu akan membuat
da’wahnya menjadi terhalang dan akan sukar untu di terima oleh
masyarakatnya. Sebaliknya kalau dia sudah mempunyai nilai dalam
masyarakatnya maka itu akan mempermudah gerankan da’wah yang telah
menjadi tujuan bagi setiap du’at itu. Dalam artian seperti ini:
masyarakat akan sedih dan merasa kehilangan kalau sekirangnya kita pergi
dari sisi mereka, dan jangan sebaliknya masyarakan akan merasa senang
kalau kita pergi dari sisi mereka. Dalam sebuah sya’ir kita temukan.
وما للمرء خير في حيا ة اذا ما عد من سقطالمتا ع
Tidak ada kebaikan pada seseorang dalam kehidupan
Bila dia termaksuk orang-orang yang tak ubahnya seperti barang yang tak berharga.
Jadi dapat kami katakan; “ sebaik-baik
manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan
seburuk-buruk orang adalah yang dimanfaatkan pagi orang lain”.
Maka
dari itu setiap du’at harus bisa berusaha memiliki nilai dalam
masyarakat agar dapat memperlancar jalanya da’wah islamiyah yang kita
harapkan dan akan melahirkan umat yang berkuantitas dan berkualitas
Terlepas
dari setiap du’at harus bisa member manfaat kepada Orang lain maka
setiap du’at harus juga memberikan tauladan yang baik kepada Mad’u
mereka. Setiap du’at harus berusaha mengamalkan apa yang akan dan telah
ia sampaikan. Apa yang di sampaikan harus sesuai dengan apa yang ia
amalkan, karena itu semua sangat berpengaruh terhadap lancarnya da’wah
yang akan di sampaikan. Dan kalau itu semua terjadi para seorang da’I
yang tidak sama berbuatanya dengan perkataanya maka dapat di pastikan
da’wak yang akan dilaksanakan akan terhalang. Allah SWT dalam Al-quran
juga menyampaikan Ancamanya kapada orang yang demikian yaitu :
“
hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengatakan apa yang yang
tidak kamu perbuat. Amat besar kebecian Allah kepada orang-orang yang
tidak sama perkataanya dengan perbuatanya.”( QS. As-Shaff 2-3)
Dalam
hal ini juga Imam Ibnu Qayyim menjelaskan permasalahan ini dan beliau
sangat benci kepada orang yang tidak mengamalkan apa yang dia da’wahi.
Beliau juga berkata bahwa “ulama yang jahat telah duduk di depan pintu
sorga mengajak orang-orang banyak dengan ucapan mereka adan mengajak
mereka ke dalam neraka dengan perbuatan mereka[6].
- B. Du’at harus Bersifat Amanah
Amanah
adalah salah satu sifat terpujidan harus ada pada diri setiap menusia.
Tidak tertutup pada setiap du’at, dia harus amanah. Sudah menjadi
sunatullah, didalam arena da’wah setiap du’at akan mengalami banyak
ujian dan tantangan. Ujian yang dimaksud diantaranya adalah bisa berupa
kepercayaan dari masyarakat yang mereka harapkandari diri kita.kita
harus pahami: “masyarakat mempuyai hukum yang tidak tertulis, akan tetapi lebih berbahaya dan kejam dari hukum yang tertulis”.
Sekali kita melanggar atau salah dalam mengambil langkah maka akan
berdampak buruk kepada diri danterhadap kelangsungan da’wah kita.
Seperti
kata pepatah: “sekali lancung keujian , seumur hidup orang tidak
percaya”. Maksudnya sekali kita melanggar amanah atau kepercayaan dari
seseorang, masyarakat atau dalam hal ini mad’u, maka jangan berharap
kita akan mendapat kepecayaan lagi. Karena, itulah hukum yang berlaku
dalam masyarakat. Pelanggaran amanah itu bisa berupa, tidak jujurnya
kita dalam menyampaikan dalil Al-quran dan hadits, tidak menepai janji
tatkala berjanji, dalam hal ini bisa waktu di undang untuk mengisi
pengajian atau khutbah contonya. Jadi setiap du’at harus berhati-hatilah
dalam setiap mengambil keputusan atau penyampaian dalam berda’wah. dan
memelihara amana itu juga termaksud dari metode dalam berda’wah.
Dan
juga, setiap du’at itu harus benar-benar harus memperhatikan sifat
mamanah ini, kerena dalam dalil agama pun orang yang tidak amanah maka
akan termaksud kepada golongan-golongan munafiq.
ايا ت المنا فق ثلا ثة ا ذا حدث كذ ب وا ذا وعد اخلف وا ذا ئتمن جا ن
“Ciri-ciri orang munafiq ada tiga. Jika berbicara dusta, apabila berjanji mungkir, dan jika di percaya khianat” ( HR Bukhari)
Dalam Al quran juga dapat kita temuan yaitu:
Firman:
Artinya:
mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka
menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Sungguh betapa buruknya apa
yang mereka lakuan. Yang demikian itu sesengguhnya mereka telah
beriman,kemudian menjadi kafir, sehingga hati mereka dikunci, sehingga
mereka tidak dapatmengerti. Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh
mereka mengagumkanmu,. Dan jika mereka berbicara, engkau mendengarkan
tutur katanya. Mereka seska-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira
setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang
sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka, semoga Allah membinasakan
mereka. Bagaimana mereka dapat di palingkan dari kebenaran?
Jadi,
sudah jelas, bahwa sifat munafiq itu sangat berbahaya dan orang-orang
yang munafiq itulah sebenarnya musuh yang sangat berbahaya dan merekalah
yang menjadi virus-virus dalam Islam. Kita bermohon semoga kita di
jauhkan dari sifat munafiq ini. Dan bagi setiap du’at inilah yang harus
mereka lawan dan hadapi, bukan sebaliknya yaitu menjadi seperti mereka.
- C. Du’at tidak baleh mengharap Sanjungan atau gila hormat.
Rasulullah Shalallau’alaihi wa sallam barsabda:
من احب ان يتمثل النا س له قيا ما فليتبوا مقعده من النار
“
barangsiapa suka dihormati manusia dengan berdiri, maka hendaklah ia
mendiami tempat duduknya di neraka”. ( HR. Ahmad, Hadits Shahih)
ما كا ن شخص احب اليهم من رسول صل الله عليه وسلم وكانوااذا راوه لم يقوموا له لما يعلمون من كرا هيته لذلك
“ Tak seorang pun yang
lebih di cintai oleh para sahabat daripada Rasulullah Saw. Tetapi, bila
melihat Rasulullah Saw (datang/hadir), mereka tidak berdiri untuk
beliau. Sebab mereka mengetahui bahwa beluau membenci hal tersebut.” (
HR. At-Tirmizi, Hadits Shahih)
Hadits diatas
mengandung pengertian, bahwa seorang muslim yang suks di hormati dengan
berdiri, ketika ia masuk kedalam suatu majlis, maka ia menghadapi
ancaman masuk neraka. Sebab para sahabat radhiallah’anhum yangsangat
cintanya kepada rasulullah Shalallahu’alaihw wa sallam, bila mereka
melihat Rasulullah shalallahi’alaihi wa sallam masukkedalam suatu
majlis, mereka tidak berdiri untuk beliau. Kerena mereka mengetahui
bahwa Rasulullah shalallahi’alahi wa sallam tidak suka hal yang demikian[7].
Orang-orang
biasa berdiri untuk menghormati sebagiandari mereka. Apalagi jika
seorang Syeik, ustadz masuk untuk memberikan pelajaran, atau untuk
memimpin ziarah ke tempat tertantu. Diamnya Syeikh dan ustadz terhadap
penghormatan dengan berdiri, menadakan bahwa seorang syeikh itu senang
terhadap penghomatan seperti itu. Dan berarti, sesuai dengan nash
hadits diatas, mereka menghadapi ancaman neraka.[8]
Membiasakan
berdiri untuk menghormati orang ‘alim atau orang yang masuk ke dalam
suatu majlis, akan melahirkan di hati keduanya kesenangan untuk di
hormati dengan cara berdiri. Bahkan jika suatu ketika orang-orang tidak
berdiri untuk dia saat masuk suatu majlis maka ia akan gelisah dan
berkemungkinan juga untuk maraah.l Rasulullah shalallahu’alaihi wa
sallam telah bersabda[9],
ولا تكونوا عون الشيطا ن علي اخيكم
“janganlah kalian menjadi penolong setan atas saudaramu.”(HR. Bukhari)
Banyak
orang yang mengatakan, kami berdiri kepada Syeikh atau ustadz kami,
ituhanysekedar menghormati ilmunya. Kita bertanya, apakah kalian
meragukan keilmuan rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, dan adab para
shahabat belia, meski demikian mereka tetap tidakaberdiri untuk
rasullah Shalallahi ‘alahi wasllam?[10]
Islam
tidak mengajarkan penghormatan denag cara berdiri. Tetapi dengan
keta’at anda kepatuhan terhadap perinta, menyampaikan sallam dan saling
bersalaman kalu sesama mahram. Jadi sungguh punada senandung sya’ir dari
penya’ir Syaqi:[11]
“bedirilah untuk sang guru,
Penuhilah penghormatan untuknya.
Hampir saja seorang guru itu,
Menjadi seorang Rasul (mulia).”
Sya’ir
ini sungguh tidak berarti apa-apa dan sungguh bertentangan dengan sabda
Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam yang membenci berdiri untuk
menhormati. Dan bahkan mengancam orang yang menyukainya itu dengan
neraka[12].
Kalau pun kita menginginkan kemuliaan, maka yang lebih baik adalah
mendapat kemulian disisi Allah SWT. janganlah kita mencari kemuliaan
dari manusia, karena manusia hanya memuliakan kita meliahat dari fisik
dan disaat kita jaya akantetapi disaat kia miskin maka kehormatan itu
akan seketika akan luntur. Maka dari itu carilah kemuliaan dari dzat
yang hanya meihat seseorang itu dari hati dan ‘amalnya saja baukan dari
segi fisik saja.
ان الله لا ينظرو الي صواركم و امو لكمولكن الله ينظرو الي قلوبكم واعما لكم
“
Sesungguhnya Allah tidak melihat pada wajah dan harta seseorang, akan
tetapi Allah hanya melihat pada hati dan amalan seseorang”
Dan firman Allah SWT dalam QS.Al-Hujurat 13:
“ sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah yang paliang bertaqwa diantara kamu”
Alangkah indah apa yang disenandungkan oleh murid Ibnu Al-Hambali, ia Bersya’ir[13]:
واذا صحت الصما ئرمنا اكتفينا ان نتعب الاءخسا ما
لا تكف اخاك ان يتلقا ك بما يستحل فيك الحراما
كلنا واثق بود مصا فيه ففيم انزعا جنا وعلا م
Jika benar nurani kita, cukuplah.
Kenapa harus badan berpayah-payah?
Jangan bebani saudaramu, saat bertemu
Dengan benghalalkan apa yang haram untukmu.
Setiap kiat percaya, terhadap kecintaan murni saudaranya.
Maka, karena dan atas dasar apa, kita menjadi gelisah?
jadi dapat kita fahami
kesimpulan
Berda’wah
adalah suatu kegiantan menyeru atau pengajak umat manusia kepada jalan
Allah SWT. Berda’wah hukumnya adalah fardu ‘ain (kewajiban individu).
Tidak ada alas an bagi umat Islam untuk tidak mau berda’wah. Islam
mengajarkan kepada pemeluknya agar menyampaikan kebenaran itu walaupun
itu hanya satu ayat. Makna tersirat dari perintah agama itu agar
menyampaikan kebenaran itu walaupun satu ayat adalah bahwa dalam
berda’wah itu harus mempunyai ilmu. Da’wah tanpa ilmu akan sia-sia dan
bahkan akan menghasilkan kontraveksi dan pertikaian.
Dalam
berda’wah harus tahu dan paham metode dalam berda’wah, da’wah tanpa
metode yang benar akan dapat dipastikan untuk gagal. Berhasil dan
Lancarnya kegiatan da’wah itu dihasilkan dari metode yang benar dan
metode yang benar akan bisa didapatkan hanya dari Al-quran dan
as-Sunnah. Dari itu setiap du’at harus belajar dan mengkaji Al-quran dan
As-Sunnah.
Dan juga sangat disarankan untuk para du’at agar bisa
belajar dari metode-metode da’wah yang telah dilakukan oleh para sahabat
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, Karena berkat bantuan dan
da’wah merekalah kita bisa merasakan indah dan nikmatnya Islam.
Kepada
setiap calon dan para du’at supaya berusaha mengamalkan apa yang di
sampaikan. Mulailah dari yang terkecil dan yang termudah agar kita tidak
hanya memerintahkan orang taat kepada Allah dan RasulNya akan tetapi
kita juga harus berusaha untuk meningkatkan ketaattan kita kepada Allah
SWT.
Wallahu’alam
Referensi
- Dr.Said Muhammad Nuh. Penyebab gagalnya da’wah , penerbit Gema Insani Press jilid 1 thn 2000
- Fathi Yakan. Yang berjatuhan di jalan da’wah, penerbitAl-I’tishom cahaya Umat. Jakarta thn 2007
- Abdullah bin Hamd Asy-Syabanah. Keterpurukan moralitas umat Islam, penerbit Iqra Insan Press, pasar minggu Jakarta Selatan thn 2004.
- Dr.”Aidh Abdullah Al-Qarny. Demi Masa,di terbitkan oleh Cakrawala Punishing, Jln. Palem Raya No. 57 Jakarta. cet 1: Dzul Qaidah 1426 H/ Desember 2005.
- Dr.Sa’id al-Qahthani. Menjadi Da’i yang Sukses.penerbit: Tim Qisthi Press, jin. Melur Blok Z No. 7 Duren Sawit-JakartaTimur, cet 1 thn 2005
- Syeik Muhammad bin Jami Zainu. Jalan golongan orang yang Selamat.penerbit Darul Haq, jakarta, 1419 H. 1998 M
[1]Dr.Said Muhammad Nuh. Penyebab gagalnya da’wah , penerbit Gema Insani Press jilid 1 thn 2000
[2] Fathi Yakan. Yang berjatuhan di jalan da’wah, penerbitAl-I’tishom cahaya Umat. Jakarta thn 2007
[3]
Abdullah bin Hamd Asy-Syabanah. Keterpurukan moralitas umat Islam,
penerbit Iqra Insan Press, pasar minggu Jakarta Selatan thn 2004.
[4] HR,. Muslim no 1895, dan Bukhari no 3113 (dengan redaksi ynag berbeda)
[5]
Dr.”Aidh Abdullah Al-Qarny. Demi Masa,di terbitkan oleh Cakrawala
Punishing, Jln. Palem Raya No. 57 Jakarta. cet 1: Dzul Qaidah 1426 H/
Desember 2005.
[6]
Dr.Sa’id al-Qahthani. Menjadi Da’i yang Sukses.penerbit: Tim Qisthi
Press, jin. Melur Blok Z No. 7 Duren Sawit-JakartaTimur, cet 1 thn 2005
[7] Syeik Muhammad bin Jami Zainu. Jalan golongan orang yang Selamat.penerbit Darul Haq, jakarta, 1419 H. 1998 M
[8] Ibid Syeik Muhammad bin Jami Zainu
[9] Ibid Syeik Muhammad bin Jami Zainu
[10] Ibid Syeik Muhammad bin Jami Zainu
[11] Ibid Syeik Muhammad bin Jami Zainu
[12] Ibid Syeik Muhammad bin Jami Zainu
[13] Ibid Syeik Muhammad bin Jami Zainu
numpang buka lapak gan..
ReplyDeleteKumpulan Makalah-Artikel-Proposal-Thesis-dll Terlengkap
jujur-Mudah-Murah
http://khasanahilmuu.blogspot.com/2013/08/makalah.html#
Izin numpang lapak gan
ReplyDeleteKumpulan Makalah-Artikel-Tugas-Proposal-Skripsi-Thesis-Desertasi-dll
jujur-mudah-Murah
visit to :
http://khasanahilmuu.blogspot.com/2013/08/makalah.html#
thxx gan...