Chat

MUSLIMAH MANJA

Sebenarnya serba salah juga sih ya menyikapinya. Perlu atau tidak disalahkan. Atau siapa yang perlu disalahkan juga tidak jelas. Atau akunya yang bermasalah dengan sudut pandangku ? Bisa jadi. Itu lho tentang model akhwat dan Ummahat ‘manja’.

Aku termasuk yang paling gregetan dengan tipe-tipe seperti itu. Manja dan tidak mandiri. Kalau masalahnya karena memang tidak bisa atau karena masalah yang benar-benar tidak bisa diubah..aku bisa maklum kok. Tetapi kalau faktornya malas belajar dan kurang tekadnya..Hiiiiihh…gregetan aja bawaannya. Kalau anak kecil pingin juga ngejitak deh !

Pernah Ikhwan teman sekantorku kecelakaan. Hampir dua bulan beliau tidak bisa ngantor. Kendaraan yang beliau punya ‘hanya’ sepeda motor. Penghasilan utama hanya dari gaji dan TC aja. Dan rumah di Luar kota. Tiga anaknya semua sekolah didalam kota karena memang selama ini masalah transport tidak masalah, setiap hari bareng abinya.

Selama tidak ngantor otomatis kan tidak mendapat TC..so, harus pandai-pandai mengatur uang belanja. Beliau minta tolong padaku untuk antar jemput anak-anaknya. Jadilah dua bulan penuh aku bolak balik antar jemput anak-anak itu. Secara ukhuwah, aku berterimakasih sekali diberi kesempatan ladang amal seperti itu yang akhirnya memang mendekatkan hati-hati kami.

Tapi aku melihat ketidakefektifan di sini. Selama beliau tidak bisa mengendarai sepeda motor, istrinya kemana-mana naik becak. Dan antar jemput anak-anak harus di lakukan oleh akhwat lain kalau tidak berarti harus boros di ongkos jika naik angkot. Padahal sepeda motor di rumah menganggur dan istri dalam kondisi sehat wal afiat.

Yang membuat aku tidak mengerti, ketika aku minta ijin untuk mengajari ummahat itu naik motor, beliau tidak mengijinkan, dengan alasan kasihan sama istrinya kalau harus mengendarai sepeda sendiri. Takut kecelakaan dan lain sebagainya. Pusing juga..afwan..aku bingung dengan jalan pikiran ikhwan.

Sama ketika aku minta ijin kepada seorang ikhwan untuk mengajari istrinya bawa mobil. Beliau tidak mengijinkan. Memang semenjak beliau melanjutkan S2nya di Surabaya ..aku jadi punya profesi sampingan… jadi sopir pribadi. Ayahnya yang dalam kondisi sakit dan harus sering ke dokter..tidak bisa tidak harus diantar pakai mobil kemana-mana.

Bukan ingin mengeluh. Tapi kadang timbul kasihan kalau kebetulan aku tidak bisa membantunya, dan tidak ada yang bisa dimintai tolong lagi, akhirnya ke dokternya tertunda. Beberapa kali sih..berkhayal, coba mbaknya bisa bawa mobil..kan lebih meringankan..batinku.

Pernah juga, ketika aku iseng main ke rumah ummahat. Wuih..keadaannya berantakan sekali. Cucian yang harus disetrika menggunung. Ketika tak tanya..mang kenapa Mbak kok belum disetrika ? Ternyata..setrikanya rusak. Beliau bilang..biasanya abinya yang suka mbenerin hal-hal seperti itu. Mau di bawa ke tukang servis tidak sempat karena anak-anak tidak bisa ditinggal. Sedang abinya sedang ada urusan dakwah(jaulah) selama seminggu. Ternyata ketika kulihat…weleh…kabelnya lho hanya terlepas sebelah. Di buka, sambung, selotip. Beres deh…

Ada lagi..yang lucu dan bikin terharu. Berhari-hari aku memergoki seorang ummahat bolak-balik ke warung makan. Membeli nasi dan lauknya. Padahal menurut perkiraanku penghasilannya ‘tidak mengijinkan’ untuk seperti itu. Ketika iseng tak godain..ga masak tho Mbak..marung mulu nih ?

Beliau bilang..iya dhe’..habisnya kompor di rumah sudah tidak bisa menyala sih. Nunggu Abinya aja deh buat mbenerinnya…Hah ? Kaget juga sih..hanya nyabutin sumbu kompor aja tidak bisa ? Mau nunggu abinya ? Bukankah waktu itu Abinya sedang jadi sukarelawan ke Aceh…sebulan lagi ! Akhirnya…dengan prihatin..kita-kita juga yang akhirnya nyabutin sumbu kompor itu.

Menjadi Ummahat atau Akhwat yang manja memang bukan melanggar syari’at. Juga buat para suami..memanjakan istri..tidak boleh ini tidak boleh itu juga bukan suatu yang dilarang agama. Atau mungkin malah di anjurkan kali ya ? (mosok sih ? gini nih pertanyaan akhwat yang belum pernah merasakan dimanja suami…hehehe..)

Buat kita-kita akhwat yang pengangguran..seneng-seneng aja sih menolong kesulitan saudara. Itu kan ladang amal buat kita-kita. Indahnya ukhuwah memang diantaranya seperti itu.

Hanya, kalau dari sudut pandangku…kemanjaan kita sering sekali menyulitkan kita sendiri. Aku termasuk yang punya anggapan kita harus mandiri. OK lah ..mau dibilang narsis ya ga papa deh.. Atau kalau memang terpaksanya suami kita tipe baru merasa ‘jadi suami’ kalau kita repotin dan kita tergantung padanya..ya kalau pas ada dia..kita bersikap manja aja..apa-apa minta tolong suami..seberapa repot sih jadi istri yang manja ? (Hehehe..soalnya aku tipe yang suka memanfaatkan sifat ga tegaan Ayah sama Masku sih..)

Ada masanya..kita harus mandiri. Apalagi tipe suami yang pegawai macam kita-kita. Yang berpindah-pindah terus-terusan. Atau yang punya pasangan yang aktif di dakwah. Sering beliau harus meninggalkan rumah untuk jaulah beberapa hari. Atau seperti keadaan-keadaan yang tak pernah di duga seperti peristiwa tsunami aceh, banyak ikhwan kita yang ke Aceh sebulan atau bahkan lebih.

Untuk akhwat yang masih punya banyak waktu luang, gunakan waktu untuk banyak belajar. Belajar apa saja. Karena sangat bisa jadi, ilmu itu tidak langsung kita terapkan tapi sangat dibutuhkan entah berpuluh tahun yang akan datang. Sangat bisa jadi. Kalau ilmu itu sudah kita kuasai, pastilah akan lebih memudahkan kita. Lha daripada waktu habis buat mikirin kapan nikah..kan mending belajar apa kira-kira ilmu yang dibutuhkan setelah pernikahan tho ? hehehe..

Pernah membaca Ikhwanul Muslimin dalam masa tribulasi ? Ketika para Ikhwan di penjara berkali-kali dan masa yang cukup lama, bertahun-tahun. Pernah sekedar membayangkan tidak bagaimana cara ummahat dan akhwat itu bertahan tanpa ikhwan –ikhwan mereka ? Mencukupi, menghidupi diri dan membesarkan anak-anaknya ? kehilangan sumber maisyah, kehilangan orang yang selama ini siap membantu ?

Bukan hendak menakut-nakuti..tapi bukankah kita sendiri sadar bahwa ujian dalam dakwah adalah sunnatullah ? Mihnah dalam da’wah adalah cara paling efektif dari Allah untuk memurnikan dakwah itu dari orang-orang yang benar-benar ikhlas berjuang untuk kalimat Allah dengan yang hanya lil..yang lain. Karena orang yang berjuang bukan karenna Allah..tentunya akan segera mundur ketika menemui ujian-ujian dalam dakwahnya.

Pada saat seperti itu ..kadang aku berpikir, dimanakan posisiku ? Menjadi beban yang semakin memberatkan beban jamaah dengan ketidakmandirian dan kemanjaan kita ? Atau merupakan bagian dari beliau-beliau yang mampu memberi kontribusi untuk meringankan beban dakwah ? Yang jelas…semoga Allah mengijikan kita semua untuk menempati posisi yang mampu meringankan beban kita sendiri dan beban jama’ah…amien. Wallahu’alam bishowab !

Oleh : Atik

jember, 10.00

buat sodara2ku..afwan jiddan..bukan menganggap kebanyakan ummahat itu manja..peristiwa2 itu hanya bagian dr kepingan masa dlm hidupku..aku yakin, lebih banyak ummahat yg mandiri..dengan tarbiyah ini..aku yakin, telah mampu membentuk antum semua menjadi pribadi2 yg kuat..goresan ini hanya untuk bahan renungan saja… masalah setuju ga setuju kan wajar aja ..ya kan ?

2 comments:

Silahkan Tinggalkan komentar kamu

Kirim Update Info Terbaru Untuk
Sobat InfoAgus Langsung ke Email Sobat !