Chat

DA'I DAN PERUBAHAN MASYARAKAT

Oleh: M. Idris Yusuf, & Rabithah Alam Al islamy
Pendahuluan
Sebuah perubahan diawali oleh mereka yang telah menerima da’wah dan menyatakan kesediaanya untuk memikul kewajiban dalam menyampaikan risalah islam kepada umat manusia. Dan demikianlah yang pertama di harapkan agar kaum muslimin
masuk di dalam agama Allah  secara keseluruhan dan melaksanakan ajaran agama dalam semua aspek kehidupan, baik dalam mental maupun dalam bidang pisik serta menterapkan akhlak dalam seluruh aspek kehidupan sebagai bukti keikhlasanya kepada Allah, dan berusaha membersihkan praktek kehidupan dari segala yang bertentangan dengan ajaran agama sehingga dengannya melahirkan individu individu yang bisa mengajak kebaikan dan menjadi masyarakat yang di cita citakan islam. Dr Majid irsan al kilani di dalam bukunya menyatakan: sebuah perubahan di dalam masyarakat bisa berubah tergantung tiga elemen yang di punyai setiap kumpulan masyarakat. Tiga elemen utama yaitu; pemikiran, individu manusia, dan materi.
Perubahan masyarakat berada dalam puncak kesehatan dan kekuatan ketika individu manusia dan materi bergerak pada poros pemikiran yang benar.
Perubahan dalam masyarakat akan jatuh sakit apabila pemikiran dan materi bergerak  pada poros individu manusia.
Dan bahkan perubahan masyarakat akan sampai pada titik ajal kematianya apabila pemikiran dan individu manusia bergerak di dalam poros materi.
Dalam hal ini seorang da’i yang memberikan pengaruh dari suatu perubahan masyarakat tidak bisa terpisahkan dan pasti akan berkaitan. dikarenakan peran seorang da’I yaitu mengarahkan umat dalam segala tindak tanduk kehidupanya agar selaras dengan apa yang  ridhai Allah. bahwasanya sukses atau gagalnya suatu da’wah dalam proses perubahan masyarakat itu tergantung seorang da’i atas kekuasaan Allah SWT.
Dalam uraian yang insa’allah akan kami paparkan secara ringkas ini, dengan segala keterbatasan, kami akan berusaha membahas tentang suatu Hadist yang dikait kaitkan dengan da’wah, sehingga Al hamdulillah bisa melahirkan sebuah judul; Da’i dan perubahan Masyarakat. yang mencangkup peran da’i dalam suatu perubahan, kita tahu semua para aktifis da’wah sangat mendambakan suatu perubahan yang mana perubahan itu tentunya seperti yang di harapkan oleh syariatillah. Selamat membaca….
Matan hadist
v صحيح البخارى كتاب الجهاد, باب القول النبي, ص: 120
حدّ ثنا يحيى بن بكير: حدثنا الليث، عن عقيل، عن ابن شهاب، عن سعيد بن المسيب، عن أبي هريرة رضيالله عنه:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (بعثت بجوامع الكلم، ونصرت بالرعب، فبينا أنا نائم أتيت بمفاتيح خزائن الأرض فوضعت في يدي).
قال أبو هريرة: وقد ذهب رسول الله صلى الله عليه وسلم وأنتم تنتثلوها.
Artinya:Menceritakan kepada kami Yahya bin Bakiir dan Ilyas, dari ‘Uqoyl, dari Ibnu Syihab, dari Sa’ied bin Musayyih, dari Abi Hurayrah Ra: “Sesungguhnya Rosulullah berkata “Sesungguhnya diutusnya aku (kepada segenap manusia) yaitu dengan Jawaami’ul Kalam, dan aku diberi pertolongan rasa takut dengan musuh. Maka ketika aku (Rosulullah) sedang tidur aku diberi kunci-kunci perbendaraan dunia yang diletakkan ditanganku”. Berkata Abu Hurayrah: Sungguh Rosulullah telah meninggal akan tapi kalian menikmatinya.
v صحيح البخارى كتاب التعبير, باب رؤيا اليل ص:6998 – مفاته فى اليد ص: 7013.
حدّ ثنا احمد عبد العزيز بنُ عبد الله حدّ ثنا ابراهيم بنُ سعدٍ عن ابن شهاب عن سعيد بن المسيّب عن أبي هريرة رضي الله عنه-أنّ رسول الله صلى الله عتيه وسلم, قل: "(بعثت بجوامع الكلم، ونصرت بالرعب، فبينا أنا نائم أتيت بمفاتيح خزائن الأرض فوضعت في يدي). قال أبو هريرة: وقد ذهب رسول الله صلى الله عليه وسلم وأنتم تلغثونها أو ترغثونها, أو كلمة تشبهها.
Artinya: Diceritakan kepada kami Abdul ‘Aziz bin Abdillah, dari Ibrahim ibnu Sa’din dari ibn Sihab dari  Sa’ied bin Musayyib dari Abi Hurayrah Rodiallahu anhu, “Sesungguhnya Rosulullah berkata “Sesungguhnya diutusnya aku (kepada segenap manusia) yaitu dengan Jawaami’ul Kalam, dan aku diberi pertolongan rasa takut dengan musuh. Maka ketika aku (Rosulullah) sedang tidur aku diberi kunci-kunci perbendaraan dunia yang diletakkan ditanganku”. Berkata Abu Hurayrah: Sungguh Rosulullah telah meninggal akan tapi kalian menikmatinya.
v سنن النسائى كتاب الجهاد, باب وجوبا الجهاد ص:1
اخبرنا محمد بن عبد الأعلى قال حدّثنا معتمرٌ  قال سمعت معمرٌ عن الزّهر قال قلت عن سعيد قال نعم عن ابي هريرة ح وانبأ نا احمد بن عمرو ابن السّرح والحرث بن مسكين قرأة عليه وانا أسمع واللفظ لأمحمد قالا حدّثنا ابن وهب عن يونس عن ابن سهاب عن ابن المسيّن عن انب هريرة قال, قال رسول الله ص.م "بعثت بجوامع الكلم ونصرت باالرعب وبين انا نا ئم أتيت بمفاتيح خزائن ولأرض فوضعت فى يدى قال ابوهريرة فذهب رسول الله ص.م وانتم تنتثلونها"

Syarhul hadist  Da’wah
  • Bijawaami’il kalam
Di sebutkan di dalam Al-Qur’an Musa as. Berdoa kepada tuhanya,
Artinya: “Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku”. (At-Thahaa: 27-28)
Lisan yang fasih lagi jelas dan lugas itu berperan di dalam hati seperti peran sihir.  Maka dari itu Rasulallah saw bersabda;
انّ من البيّن هى السحر. (روه البخارى و مسلم)
Artinya: Sesungguhnya sebagian dari penjelasan itu benar benar sihir.” (HR Bukhori Muslim)
Lisan yang fasih lagi piawai di dukung dengan hujah hujah, berargumen dengan petunjuk, dan kalimat demi kalimat terlontar darinya dengan lancar seta lugas. Lisan menggema dan mengandung daya tarik, kuat menawan, lantang dan menyihir, lugas dan mengandung keindahan serta keindahan.
Lisan yang fasih lagi jelas itu seperti pedang yang sangat tajam. Memperjelas yang samar samara, memenggal benang benang yang samara smar, memenggang yang kebimbangan, dan memangkas simpul kebatilan
Allah berfirman kepada Rasulnya:
Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. (An-Nisaa: 63)
Hal ini menjadi kewajiban bagi seorang da’i. Dia harus mempuyai kemampuan untuk menyampaikan perkatan yang baik, mengucapkanya dengan benar, dan memperbaiki pengucapan lisanya.[1]
Adapun kalimat Jawami’ul kalim ini mempunyai maksud sama seperti yang di sebutkan diatas bahwa kita harus berbicara lugas, tegas, hikmah dan dapat dipahami semua orang, seperti kalimat Ta’muruuna  bil ma’ruf watan hawna anil mungkar (menyeru, mengajak kepada yang baik dan meninggalkan keburukan) kalimat baik mencakup semua sifat, perbuatan, perkataan dan peribadahan yang benar menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Di dalam tafsir, Az Zuhri menyebutkan lafald Jawami’ul Kalim pada bab mafatih fiel yad di kitab ta’bir maksud lafald itu adalah;
انه رسول الله عليه وسلم كان يتكلم باالقول الموجن القليل اللفظ.
Artinya: Nabi berbicara dengan omongan yang sangat sedikit lafadnya, dan banyak makna (banyak kandungan maknanya).[2]
Sebaik baik perkataan bersumber dari Al-Qur’an dan As sunah
خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشرّ الأمور محدثاتها وكلّ محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فى النار
Sebaik baik perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur’an) dan sebaik baik petunjuk adalah petunjuk Nabi muhamad saw. Seburuk buruk perkara adalah hal hal yang baru dalam agama dan setiap yang baru adalah bid’ah. Setiap bid’ah itu sesat menyesatkan. Dan setiap kesesatan itu mengantarkanya kedalam neraka.
Sebagian ulama ada yang mengartikan bijawami’il kalim adalah Al-Qur’an karena didalam hadist itu ada korinahnya lafad bu’istu (sesungguhnya saya telah diutus),[3] beliau di utus dengan membawa syareat Al-Qur’an sebagaimana dalam firmannya;
Artinya: “Katakanlah: "Siapakah yang lebih Kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". dia menjadi saksi antara Aku dan kamu. dan Al Quran Ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia Aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). apakah Sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)". (Al-An’am: 19)
Dan tujuan dari di turunkanya Al-Qur’an adalah sebgaimana di dalam surat al An’am Allah berfirman:
Artinya: “Al Quran Ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia Aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya).
Al-Qur’an di wahyukan kepadaku supaya dengan ia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya agar mereka berubah dari kesesatan menuju keridhaan)
Al-Qur’an di turunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad untuk segenap manusia lewat perantaraan malaikat jibril, seorang penyeru da’wah harus menyeru berdasarkan perintah dari apa yang Allah tetapkan di dalam Al-Qur’an. Jadi pada intinya seorang da’I harus menda’wahkan apa yang di turunkan Allah (qur’an) dan juga menjadikan (kitabullah) Al-Qur’an sebagai sebaik baik tempat rujukan.
Disisi lain hakekat da’wah adalah salah satu upaya proses untuk mewujudkan perubahan tatanan yang islami. Dengan kata lain da’wah adalah satu upaya mengfungsikan Al-Qur’an dalam kehidupan secara optimal. Da’wah juga mengandung qur’anisasi; da’wah juga mengandung islamisasi. Menciptakan kehidupan (Al hayat) fi dzilalil qur’an (tafsir surat Al An’am 153) karena itu tak satu sudutpun dari kehidupan manusia muslim lepas dari control Al Qu’an, dan pengawasan Allah. [4] karena Al-Qur’an adalah acuan utama kajian da’wah yang mempunyai makna menyeru kepada Allah. agar manusia mentaati segala perintahnya dan menjauhi segala laranganya.
Kenapa jawami’ul kalim bisa alqur’an.?? Di dalam hadist di sebutkan sebaik baik perkataan adalah Al-Qur’an karena alqur’an puncak dari segala lafald, dari yang tidak diketahui ma’nanya sama sekali, dalam arti hanya Allah yang tau, dan juga lafald yang bukan sembarang orang yang bisa mengetahuinya hanya para ulama dan orang orang yang berilmu saja yang dapat mengetahuinya, sampe lafald yang mana lafald itu semua orang mengetahuinya, hingga yang luas ma’nanyapun ada di dalam Al-Qur’an.
Jadi sebagai seorang da’I setiap dalam bertutur kata atau dalam segala aspek pembicaraan harus mempunyai makna yang berfaedah, memberikan manfaat bagi orang lain serta sejalan dengan alqur’an dan tidak bertentangan dengan maksudnya. Dalam artian Berkata sedikit tapi lugas, tegas, padat, hikmah, bermanfaat dan dapat di pahami oleh semua orang. Sebagaimana Rasulullah ketika berbicara, pembicaraanya selalu mengarah kepada apa yang dimaksud Qur’an dan tidak menyalahinya. Maka tak heran akhlak beliau disebutkan di dalam salah satu hadist beliau di identikan sebagai cerminan dari Al-Qur’an asiyah mengatakan khulquhu khulqu Al-Qur’an.  Dan Nabi juga mencontohkan kepada kita untuk berbicara dengan qaulul khasan bahkan nabi memberikan anjuran sekiranya seseorang tidak bisa berbicara dengan baik maka rosulpun menyuruh kita untuk berdiam. Karena dengan sedikitnya seseorang itu bicara akan menumbuhkan kewibawaan seseorang di tengah tengah masyarakat. Sehingga peran dan pengaruh seorang da’I bisa terlihat cukup di segani di tengah tengah kehidupan masyarakat karena secara tidak langsung ia berdakwah dengan memberi contoh uswatul khasanah kepada masyarakat agar mereka menjadi sadar dan kembali kepada ajaran yang benar.
Perkataan yang mengandung hikmah
Al-Qur’an menjelaskan berbagai metode da’wah diantaranya adalah dengan jalan hikmah. Allah memerintahkan Rasulnya untuk berdakwah dengan jalan hikmah seperti dalam firman Nya:
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[5][845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Naml: 125)
Barangsiapa mau menelusuri sejarah kehidupan NAbi saw, maka  akan terlihat bahwa nabi selalu menjunjung tinggi hikmah dalam setiap perkaranya, lebih lebih lagi dalam berdakwah di jalan Allah. sehingga dengan jalan ini, maka manusia mau menerima dakwah Nabi dan atas anugrah Allah mereka mau memeluk islam secara berbondong bondong. Hal itu juga karena karunia yang di berikan oleh Allah kepadanaya RAsul saw. Berupa keimanan dan hikmah dalam hatinya.
Jalan hikmah adalah merupakan salah satu hal penting dalam metode dakwah di jalan Allah. dimana dada Rasul saw di penuhi dengan hikmah dan keimanan.[6]
Artinya: “Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (Al-Baqarah: 269)
Demikian juga para sahabat Rasul saw senantiasa mengikuti metode da’wah dan petunjuk Rasulullah dengan hikmah sehingga pada masa mereka, Islam tersebar dengan pesatnya. pada saat itu banyak sekali orang yang masuk islam yang jumlahnya tidak di ketahui dengan pasti. setelah zaman sahabat, muncul para tabi’in yang menyempurnakan dakwah di jalan Allah swt. Dengan hikmah pula. Sehingga Allah berhasil memenangkan islam dan pemeluknya dan menghancurkan kesyirikan dan pengikut kemusyrikan.[7]
كل صواب من القول ورث فعلا صحيحا فهو الحكمة
Artinya: “Hikmah itu adalah Setiap perkataan yang benar yang menyebabkan perbuatan yang benar”.
Hikmah ialah: ilmu yang bermanfaat dan amal shaleh, kebenaran dalam perbuatan dan perkataan, mengetahui kebenaran dan mengamalkanya.
Abu ja’far Muhammad  menyebutkan apabila di dalam Al-Qur’an di sebutkan kata kata hikmah setelah al kitab yaitu maksudnya dan Assunah.
Hikmah yang disertai dngan al kitab itu mempunyai arti sunah Rasulullah baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sejarah hidup atau biografi Rasulullah saw. Sebgaimana di dalam firman Allah:
Artinya: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”. (Al baqarah 129)[8]
Hikmah di dalam da’wah
Unsure hikmah di dalam uslub uslub dakwah di sebutkan di dalam Al-Qur’an sebagai berikut;
1). Qoulu al hasan ( perkataan yang bagus).
kalo kita teliti di dalam Al-Qur’an di sebutkan lafald lafad yang harus di ikuti oleh seorang penyeru da’wah sebgaimana lafad yang berbunyi qauli kariima, qaulu layyina, qaulu ma’rufa, qaulu sadida.
a)      Qaulu Layyina
Sebagaimana di ajarkan di dalam Al-Qur’an agar seorang da’i bisa mengetahui mad’unya sehingga ia bisa menyesuaikan kata kata sebijak mungkin, dengan perkataan yang lembut seorang da’i bisa di terima oleh mad’unya bisanya madu seperti ini adalah dari kalangan masyarakat yang berpengetahuan atau yang mempunyai otoritas atau bisa dibilang penguasa.
Sebagaimana Allah mengajarkan kepada musa suatu perkataan yang hikmah untuk di sampaikan kepada firaun.
Artinya: “Pergilah kamu kepada Fir'aun, Sesungguhnya dia Telah melampaui batas (17). Dan Katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)".
Sesungguhnya hikmah dapat di peroleh melalui berbagai macam cara salah satunya seperti ini;
Lemah lembut, halus, murah hati, dan memberi maaf dengan menjelaskan kebenaran baik dengan perbuatan maupun keyaqinan yang di dasarkan pada dalil dalil. Hikmah dalam tingkatan ini dapat di terapkan pada  masyarakat berpengetahuan luas (sebagaimana para penguasa) yang senantiasa bisa menerima kebenaran dan tidak menentangnya.[9]
b)      Qoulu Al ma’ruf (perkataan yang baik tidak menyakitkan)
Al-Qur’an juga mengajarkan kepada kita untuk berkata dengan perkataan yang ma’ruf tidak mencela dan tidak menyakitkan. Sebagaimana di dalam Al-Qur’an surat luqman 15:
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan”
Wain jahadaaka ala an tusyrika bi ma laiysa laka bihi ilmun fala tutui’ huma washohib huma fie dunya ma’rufa.
c)      Qaulu As sadida
Perkataan yang tegas, lugas dan tidak mencla mencle, Laah berfirman di dalam kitabnya;  (AL ahzab 70-71).
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar”(70). Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia Telah mendapat kemenangan yang besar”(71).
Terkadang hikmah di terapkan dengan cara menggunakan kekuatan, perkataan yang tegas, dengan pukulan dan menegakan hokum hudud khususnya di hadapan orang orang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan yang sah. Terkadang juga bisa Dengan cara jihaf fie sabilillah yaitu dengan cara mengangkat senjata dengan mendapat izin Amirul mukminin terlebih dahulu dengan  tetap menjaga aturan dan syarat yang telah di tetapkan oleh Al-Qur’an dan hadist.
Metode ini di terapkan kepada orang yang keras kepala, menentang, zalim, dan suka berbuat kerusakan diman mereka tidak mau kembali kepada kebenaran bahkan menolak kebenaran dan tetap pada pendirianya.[10]
  • Bermanfaat bagi orang lain walau kita tidak menikmati hasil yang kita berikan.
Suatu perubahan tidak bisa di capai tanpa adanya sebuah usaha, dan sebuah hasil dari usaha belum tentu bisa langsung kita rasakan melainkan bisa jadi generasi generasi yang akan merasakanya. Dari poin ini bisa kita pahami bahwa da’I memberi sesuatu yang selalu bermanfaat bagi orang lain walaupun kita tidak menikmati apa yang kita berikan kepada orang lain atau yang kita tanam. Contoh kecil seandaynya kita menanam pohon yang menghasilkan buah, tapi kita tahu tidak menikmati hasil buah itu dikemudian hari, karena sesuatu hal. Tapi kita yakin pohon itu pasti berguna bagi orang lain. Maka insaallah dari situlah kita mendapat pahala dariNya. Tidak berpikir, buat apa aku menanam pohon ini, kan umurku sudah tua nanti kalau berbuah aku tidak menikmatinya. Inilah pikiran-pikiran yang tidak memikirkan kemaslahatan yang akan datang.
Dalam usaha proses dakwah dalam arti menyadarkan umat agar menjadi masyarakat yang islami, seorang penyeru da’wah tak ada istilah kata henti. Perjuangan harus tetap berjalan dan Usaha harus berkesinambungan bagaikan mata rantai yang tak pernah putus. walau kita sendiri tak merasakan  hasil, akan tetapi pasti berguna bagi orang lain, anak cucu kita. toh anak cucu kita yang meneruskan sampai final dan mereka bisa menikmati hasilnya.
  • Nusirtu biro’bi
Jangan pernah berhenti dan merasa takut dalam melakukan dakwah, setiap perjuangan pasti ada cobaan, dan sesulit cobaan apapun yang menimpa seorang da’i sangatlah bermanfaat yaitu sebagai pembelajaran yang sangat berharga. Cobaan, cacian, hinaan, bahkan sampai tipu daya dan ancaman serta merta datang bertubi tubi untuk menggagalkan da’wah. Itu semua hanyalah sunatullah yang berlaku di kalangan para da’i dan orang orang yang mengimaninya, dan orang yang mengamalkanya bahwa Allah akan menguji dalam urusan mereka. ujian itu berupa kedustaan dari para pesaing pesaing mereka, musuh musuhnya dan orang yang tidak memahami hakikat dan inti da’wah.
Artinya: “Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang Telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah”.
Itulah sunatullah yang tak akan pernah berubah
Artinya: “Dan seperti itulah, Telah kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong”. (al furqan/25;31)[11]
Memang tak bisa dipungkiri bahwa Kebenaran selalu berada dalam pertarungan abadi dengan kebatilan. Setiap kali cahaya datang menyinari kebenaran, maka lebah lebah malampun saling bersahutan karena sentuhanya.
Artinya: “Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahayanya meskipun orang orang kafir benci (Ash-shaf/61;8)
Semenjak kehalifahan pertama, semenjak nabi pertama, semenjak kebajikan dan keburukan dilahirkan, dan semenjak perseturuan abadi antara keduanya, realitas yang senantiasa terulang secara kontinyu dan tampak dengan jelas adalah bahwa kebenaran selalu menang dari kebatilan, sedangkan kebatilan selalu kalah.
Dan sesungguhnya telah tetap janji kami kepada hamba hamba kami yang menjadi Rasul, (yaitu) bahwa mereka itulah yang pasti mendapatkan pertolongan. Sesungguhnya tentara kami itulah yang pasti menang. (Ash-shaf/37:).[12]
Di dalam sebuah hadist di sebutkan hal yang sema’na bahwa;
Aku diberi pertolongan, diberi rasa takut dengan musuh. Maksud lafald di atas, bahwa Rasulullah telah diberi pertolongan oleh Allah, bahwa mungsuh-mungsuh Allah diberi satu rasa ketakutan tatkala menghadapi Rasul (pasukan kaum muslimin). Dan itu salah satu fadhoil-fadhoil rasulullah sebagaimana di dalam satu hadist.
قال النبي ص.م. قال: أعطيت خمساً لم يعطهنّ احد من الأنبياء قبلى نصرت باالرعب مسيرة ثهر, وجعلت لى الأرض كلها مسجداً وطهوراً فأيّما رجلٌ من أمتي أدركَته الصلاة فليصلي و أحلّت لي الغنائم ولم تحلّ لأحدٍٍ قبلي وأعطيت الشفاعة وكان النبي يبعث لقومه خاصة وبعثت الى الناس كافة. (متفق عليه)
Sesungguhnya saya di karuniai lima hal yang belum pernah di karuniakan kepada para nabi nabi sebelumku; aku di beri pertolongan (kemenangan) oleh Allah sebelum bertemu musuh sejarak satu bulan perjalanan, seluruh permukaan bumi di jadikan untuku suci dan tempat solat, maka dimanapun seorang umatku mendapati waktu solat telah tiba hendaklah ia solat di situ, harta rampasan perang (ghonimah) di halalkan bagiku, aku dikaruniai syafaat, dan seorang nabi diutus untuk umatnya saja namun aku di utus untuk seluruh manusia.
Perspektif  Dakwah
Hakekat sebuah perjuangan da’wah untuk tegaknya islam walaupun ujian, dan cobaan menghadang secara bertubi tubi jikalau seorang da’i ikhlas lillahita’ala dan sesungguhnya yang didakwahkanya adalah semata mata murni dari (Al-Qur’an Assunah) demi tegaknya islam. Ingat dan bergembiralah pertolongan  Allah pasti akan segera datang. Liatlah qudwah kita Nabi Muhammad, para sahabat sahabatnya, dan para pengikut generasi sesudahnya yang kemulianya oleh Allah di abadikan di dalam alqur’an sebagai sebaik baik umat.[13]
Pemberian gelar mulia seperti itu disebabkan karena mereka bersusah payah dan ikhlas berjuang demi tegaknya izzul islam wal muslimin, bahwasanya Allah tidak akan menyia nyiakan usaha mereka dan pasti akan menolong mereka dengan sebaik baik pertolongan
Mereka (orang orang kafir) membuat makar untuk menghentikan dakwah sesungguhnya sebaik baik makar adalah makar Allah.
Artinya: “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”.
  • Wa Bayna Anaa Naaim Roaytani Bimafatihil Khazaainil ‘Ardhi
Alhasan menyifati keadaan orang orang shalih dengan ungkapanya; Semoga Allah memberikan kasih sayang (rahmat) kepada orang orang yang menganggap dunia hanya sebagai barang titipan, lalu dia mengembalikanya kepada orang yang telah menitipkan amanat kepadanya, setelah itu dia pun pergi. Abu Darda berkata: siapa yang tidak merasa cukup dengan kehidupan dunia maka dia tidak akan memiliki dunia sama sekali. Masih perkataan Al-Hasan mensifati dunia lagi dengan ungkapannya: Sungguh indah dunia bagi orang mukmin dia hanya melakukan sedikit amal tetapi ia adalah bekal menuju surga. Sungguh buruknya dunia bagi orang kafir dan munafik. Dia hanya menghabiskan malam hanya sebagai bekal mengantarkan ke neraka. Seorang mukmin di dunia ini bagaikan seorang tawanan yagn selalu berusaha untuk melepaskan diri, dia tidak akan metara aman sedikitpun sehingga dia berjumpa dengan Allah.
قال النبي: يعني مافتح على المسلمين من الدنيا وهو يحثل الغنائم والكنوز.

Pengaruh sikap da’I terhadap masyarakat
Al-Qur’an berbicara tentang sunah sunah perubahan yang mengarahkan berbagai perubahan fenomena social di masyarakat. Untuk menunjukan suatu perubahan yang baik (positif) dapat di pahami dari firman Allah swt.:(Qs Ar ra’ad; 11)
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[14]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[15] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
Artinya: “(siksaan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang Telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[16], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.(Al-Anfal: 53)
Maksudnya yang demikian itu karena Allah sekali kali tidak akan merubah ni’mat yang telah di anugrahkanya kepada suatu kaum, hingga mereka merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.
Al-Qur’an menunjukan bahwa suatu perubahan masyarakat tidak akan efektif melainkan jika di arahkan oleh pola pola perubahan itu sendiri;
Pola pertama: perubahan harus di mulai dari seluruh muatan yang ada pada diri manusia lalu disusul dengan perubahan pada bidang social, muatan diri manusia memiliki pengertian yang luas ia meliputi pemikiran nilai budaya, kecenderungan, kebiasaan dan tradisi. Ia juga mencakup persepsi manusia tentang asal penciptaan, alam raya, kehidupan dan tempat kembali (akhirat))
Pola kedua; perubahan menuju keadaan yang lebih baik dan buruk akan terwujud jika dilakukan oleh masyarakat secara kolektif, bukan individu individu.
Pola ketiga; perubahan akan berhasil jika masyarakat memulai perubahan terhadapa apa yang ada pada diri mereka,[17]
Dengan proses da’wah yang kita harapkan dengan mencitacitakan suatu perubahan seperti yang dikehendaki oleh Allah dan Rasulnya apalagi harus memahami pola pola yang di sebutkan diatas. maka dapat di katagorikan dam hal perubahan ini sangat membutuhkan peran da’I yang bisa merubah suatu keadaan menuju tegaknya manhaj ilahi dengan aqidah dan keimanan yang teguh. Ilmu yang bersumber kepada alqur’an dan As sunah nabi saw dan menjadikan islam sebagai satu satunya panduan hidup dan selalu melawan setiap bentuk keyakinan, tindakan , system, pola hidup yang dinyatakan batil oleh islam[18]
Peran Da’i
ü      Sebagai Agen perubahan yang positif.
Layaknya agen, ia harus mempunyai misi dan merasa tanggung jawab untuk menyelesaikannya. Begitu pula seorang da’i, ia adalah agen yang mempunyai misi perubahan untuk merubah masyarakat dari kerusakan, kemaksiatan dan kesyirikan menuju sesuatu perubahan yang baik, ketaatan dan ketauhidan. Menjadi agen-agen Allah yang akan diapresisasi sebagai umat terbaik jika menjalankan dan sukses dalam menjalankan misinya itu.
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Qs. Al-Imran: 104)

ü      Pembawa risalah (penyeru)

Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan, siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”.(Qs. Ibrahim: 4).
Misi para da’i adalah misi mulia, yaitu melanjutkan tugas para rasul untuk menyampaikan risalah Islam kepada umat manusia. Karena tugas tabligh adalah sebuah keniscayaan untuk meninggikan kalimat Allah. Kemuliaan dan ketinggian Islam hanya dapat dicapai melalui upaya da’wah yang konsekuen dan konsisten. (Yasin 17)
Dari ayat diatas mengidentifikasikan bagi seorang da’i untuk menyeru dengan menggunakan bahasa suatu kaum tersebut seperti dalam perkataan Imam Ali Khatibunnaasa Bi Qadri‘Uqulihim. Dan ini menjadi metode tersendiri bagi seorang da’I dalam menyampaikan da’wah.
ü      Sebagai penyelamat umat.
Walaupun sisi lain seorang pengemban da’wah mempunyai kewajiban untuk menyeru kepada umatnya dengan seruan yang baik. seorang da’i juga harus mematrikan di dalam hatinya kewajiban usaha untuk merubah umat dan tidak Cuma berkutat kepada menyampaikan (tablig) saja. sebagaimana alllah berfirman di dalam Al-Qur’an  (Ali imran 103)

Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.
Apalagi jika problematika umat sangat komplek dan harus di sikapi dengan serius dengan berbagi macam terapi untuk menyembuhkanya, bukan hanya sekedar Tabligh (meyampaikan) dengan alasan acuan sebuah ayat Wamaa alaina illa balaghul mubien. Sehabis itu umat di tinggalkan begitu saja, dalam kondisi yang pada hakikatnya keadaanya sangat membutuhkan terapi untuk suatu perubahan yang positif dan lebih maju dari keterpurukan. Maka dakwah harus berusaha dalam penyelamatan umat, perubahan, pembebasan umat, agar bisa terealisasikan syareat yang di ridhai.

Kesimpulan
Seorang da’i harus mempunyai rasa tanggung jawab dalam memikul tugas amanah, selain rasa tanggung jawab ia juga harus terpatri di dalam hatinya suatu beban kewajiban dalam rangka merubahan suatu masyarakat agar menjadi masyarakat yang mempunyai nilai dan akhlaq yang islami, tidak lain dan tidak bukan agar supaya mereka sadar dalam menyikapi hakikat kewajiban, tujuan hidup di dunia dan tugas apa yang mereka harus lakukan di dunia. Da’wah dan da’i tak bisa di pisahkan dari suatu perubahan, da’wah sebagai proses untuk pembebasan dan pembenahan umat dari keterpurukan. Da’wah akan bisa berjalan dengan mulus jikalau seorang da’i itu sendiri memahami apa yang harus ia lakukan, dalam artian memahami kondisi mad’u dan keadaan da’i dalam semua aspek sperti kekuatan (kapasitas), kelemahan (kekurangan) peluang (kesempatan) dan tantangan. Dalam hadist ini di jabarkan dalam perspektif da’wah bahwa sebagai seorang penyeru harus;
Mempunyai metohode hikmah di segala hal sekalipun dalam aspek muamalah apalagi dalam menyampaikan kebenaran, hikmah dalam artian yang sangat luas yaitu dalam hal pembicaraan, hikmah juga bisa di artikan setiap ucapan berlandaskan argument yang kuat yaitu bersumber dari Al qur’am dan Assunah yang hanya terlontar darinya ucapan yang jelas lugas lagi tegas sebagaimana Rasulullah saw mengajarkan bahwa beliau berbicara dengan singkat sedikit lafald akan tetapi banyak ma’na (jawami’ul kalim) dalam hal da’wahpun juga di tuntut seperti itu.
Da’wah pasti ada ujian dan cobaanya walupun segala rintangan dan ujian selalu datang menghadang, ingatlah semua itu adalah Sunatullah yang pasti terjadi. sesungguhnya orang orang yang ikhlas yang selalu menyerahkan hidup dan matinya di jalan da’wah, dan kemaslahatan umat, ia pasti akan tetap tegar dijalaNya sampai pertolongan Allah datang.
Referensi:
v     Demi masa! Beginioah waktu mengajari kita Terjmh oleh Dr. A’idh Abdullah Al Qarni pstk:cakrawala publishing  Jakarta
v     Kitab fathul bari oleh; ibnu hajar Al asqolani
v     DA”WAH, mencermati peluang dan problematikanya penrbt; STID M Natsir press.
v     Menjadi da’i yang sukses ,Trjmhn  oleh Dr Sid Al qahthani pnrbt: Qisti pers jaktim
v     Fathi yakan problemetika Da’wah dan peran da’i, solo: Intermedia 2003.
v     Abdul Malik Bin Muhammad Al-Qasim. Menyikapi kehidupan Dunia, Jakarta: Pustaka Ibnu Kasir 2005.
v     Dr. Majid Irsan Al-Kilani, Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib, Jakarta: Auliya Media Atama, 2007.

[1]Demi masa! Beginioah waktu mengajari kita Terjmh oleh Dr. A’idh Abdullah Al Qarni pstk:cakrawala publishing  Jakarta hal; 28
[2] Kitab fathul bari oleh; ibnu hajar Al asqolani hal;
[3] Fathul bari, Ibid
[4] liat makalahnya pak husain Umar sebelum di edit oleh tim editor ulil amri syafri dkk yang sekarang sudah di terbitkan di dalam buku yang berjudul DA”WAH, mencermati peluang dan problematikanya penrbt; STID M Natsir press.
[5] Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
[6] Menjadi da’ie yang sukses ,Trjmhn  oleh Dr Sid Al qahthani pnrbt: Qisti pers jaktim hal; 27
[7] Dr said Al qahtani. Ibid hal; 29
[8] Dr said Al qahthani Ibid hal; 26. Hikmah dalam artian as sunah yang di sebutkan di dalam Al qur’an lebih lanjutnya liat surat Al baqarah 231, ali imran 154, Al jum’ah 2, dll
[9] Dr said al qahthani Ibid hal: 29
[10] Dr said al qahthani Ibid hal; 30
[11] Lengkapnya lihat Problematika dakwah dan para da’ie hal; 55
[12] Problematika DAKWAH dan para da’ie. Terjmhn Oleh: Fathi Yakan penrbt: intermedia  Solo hal; 27
[13] (Ali imran 104 dan 110)
[14] bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat Ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.
[15] Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.
[16] Allah tidak mencabut nikmat yang Telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.
[17] Dr. Mistiri kelam umat islam
[18] Majalah Risalah mujahidin

1 comments:

Silahkan Tinggalkan komentar kamu

Kirim Update Info Terbaru Untuk
Sobat InfoAgus Langsung ke Email Sobat !