DA'I DAN PERUBAHAN MASYARAKAT
Oleh: M. Idris Yusuf, & Rabithah Alam Al islamy
Pendahuluan
Sebuah
perubahan diawali oleh mereka yang telah menerima da’wah dan menyatakan
kesediaanya untuk memikul kewajiban dalam menyampaikan risalah islam
kepada umat manusia. Dan demikianlah yang pertama di harapkan agar kaum
muslimin
masuk di dalam agama Allah secara keseluruhan dan melaksanakan
ajaran agama dalam semua aspek kehidupan, baik dalam mental maupun
dalam bidang pisik serta menterapkan akhlak dalam seluruh aspek
kehidupan sebagai bukti keikhlasanya kepada Allah, dan berusaha
membersihkan praktek kehidupan dari segala yang bertentangan dengan
ajaran agama sehingga dengannya melahirkan individu individu yang bisa
mengajak kebaikan dan menjadi masyarakat yang di cita citakan islam. Dr
Majid irsan al kilani di dalam bukunya menyatakan: sebuah perubahan di
dalam masyarakat bisa berubah tergantung tiga elemen yang di punyai
setiap kumpulan masyarakat. Tiga elemen utama yaitu; pemikiran, individu manusia, dan materi.
Perubahan
masyarakat berada dalam puncak kesehatan dan kekuatan ketika individu
manusia dan materi bergerak pada poros pemikiran yang benar.
Perubahan dalam masyarakat akan jatuh sakit apabila pemikiran dan materi bergerak pada poros individu manusia.
Dan
bahkan perubahan masyarakat akan sampai pada titik ajal kematianya
apabila pemikiran dan individu manusia bergerak di dalam poros materi.
Dalam
hal ini seorang da’i yang memberikan pengaruh dari suatu perubahan
masyarakat tidak bisa terpisahkan dan pasti akan berkaitan. dikarenakan
peran seorang da’I yaitu mengarahkan umat dalam segala tindak tanduk
kehidupanya agar selaras dengan apa yang ridhai Allah. bahwasanya
sukses atau gagalnya suatu da’wah dalam proses perubahan masyarakat itu
tergantung seorang da’i atas kekuasaan Allah SWT.
Dalam uraian
yang insa’allah akan kami paparkan secara ringkas ini, dengan segala
keterbatasan, kami akan berusaha membahas tentang suatu Hadist yang
dikait kaitkan dengan da’wah, sehingga Al hamdulillah bisa melahirkan
sebuah judul; Da’i dan perubahan Masyarakat. yang mencangkup peran da’i
dalam suatu perubahan, kita tahu semua para aktifis da’wah sangat
mendambakan suatu perubahan yang mana perubahan itu tentunya seperti
yang di harapkan oleh syariatillah. Selamat membaca….
Matan hadist
v صحيح البخارى كتاب الجهاد, باب القول النبي, ص: 120
حدّ ثنا يحيى بن بكير: حدثنا الليث، عن عقيل، عن ابن شهاب، عن سعيد بن المسيب، عن أبي هريرة رضيالله عنه:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (بعثت بجوامع الكلم، ونصرت بالرعب، فبينا أنا نائم أتيت بمفاتيح خزائن الأرض فوضعت في يدي).
قال أبو هريرة: وقد ذهب رسول الله صلى الله عليه وسلم وأنتم تنتثلوها.
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (بعثت بجوامع الكلم، ونصرت بالرعب، فبينا أنا نائم أتيت بمفاتيح خزائن الأرض فوضعت في يدي).
قال أبو هريرة: وقد ذهب رسول الله صلى الله عليه وسلم وأنتم تنتثلوها.
Artinya: “Menceritakan
kepada kami Yahya bin Bakiir dan Ilyas, dari ‘Uqoyl, dari Ibnu Syihab,
dari Sa’ied bin Musayyih, dari Abi Hurayrah Ra: “Sesungguhnya Rosulullah
berkata “Sesungguhnya diutusnya aku (kepada segenap manusia) yaitu
dengan Jawaami’ul Kalam, dan aku diberi pertolongan rasa takut dengan
musuh. Maka ketika aku (Rosulullah) sedang tidur aku diberi kunci-kunci
perbendaraan dunia yang diletakkan ditanganku”. Berkata Abu Hurayrah:
Sungguh Rosulullah telah meninggal akan tapi kalian menikmatinya.
v صحيح البخارى كتاب التعبير, باب رؤيا اليل ص:6998 – مفاته فى اليد ص: 7013.
حدّ
ثنا احمد عبد العزيز بنُ عبد الله حدّ ثنا ابراهيم بنُ سعدٍ عن ابن شهاب
عن سعيد بن المسيّب عن أبي هريرة رضي الله عنه-أنّ رسول الله صلى الله عتيه
وسلم, قل: "(بعثت بجوامع الكلم، ونصرت بالرعب، فبينا أنا نائم أتيت
بمفاتيح خزائن الأرض فوضعت في يدي). قال أبو هريرة: وقد ذهب رسول الله صلى
الله عليه وسلم وأنتم تلغثونها أو ترغثونها, أو كلمة تشبهها.
Artinya:
Diceritakan kepada kami Abdul ‘Aziz bin Abdillah, dari Ibrahim ibnu
Sa’din dari ibn Sihab dari Sa’ied bin Musayyib dari Abi Hurayrah
Rodiallahu anhu, “Sesungguhnya Rosulullah berkata “Sesungguhnya
diutusnya aku (kepada segenap manusia) yaitu dengan Jawaami’ul Kalam,
dan aku diberi pertolongan rasa takut dengan musuh. Maka ketika aku
(Rosulullah) sedang tidur aku diberi kunci-kunci perbendaraan dunia yang
diletakkan ditanganku”. Berkata Abu Hurayrah: Sungguh Rosulullah telah
meninggal akan tapi kalian menikmatinya.
v سنن النسائى كتاب الجهاد, باب وجوبا الجهاد ص:1
اخبرنا
محمد بن عبد الأعلى قال حدّثنا معتمرٌ قال سمعت معمرٌ عن الزّهر قال قلت
عن سعيد قال نعم عن ابي هريرة ح وانبأ نا احمد بن عمرو ابن السّرح والحرث
بن مسكين قرأة عليه وانا أسمع واللفظ لأمحمد قالا حدّثنا ابن وهب عن يونس
عن ابن سهاب عن ابن المسيّن عن انب هريرة قال, قال رسول الله ص.م "بعثت
بجوامع الكلم ونصرت باالرعب وبين انا نا ئم أتيت بمفاتيح خزائن ولأرض فوضعت
فى يدى قال ابوهريرة فذهب رسول الله ص.م وانتم تنتثلونها"
Syarhul hadist Da’wah
- Bijawaami’il kalam
Di sebutkan di dalam Al-Qur’an Musa as. Berdoa kepada tuhanya,
Artinya: “Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku”. (At-Thahaa: 27-28)
Lisan yang fasih lagi jelas dan lugas itu berperan di dalam hati seperti peran sihir. Maka dari itu Rasulallah saw bersabda;
انّ من البيّن هى السحر. (روه البخارى و مسلم)
Artinya: Sesungguhnya sebagian dari penjelasan itu benar benar sihir.” (HR Bukhori Muslim)
Lisan
yang fasih lagi piawai di dukung dengan hujah hujah, berargumen dengan
petunjuk, dan kalimat demi kalimat terlontar darinya dengan lancar seta
lugas. Lisan menggema dan mengandung daya tarik, kuat menawan, lantang
dan menyihir, lugas dan mengandung keindahan serta keindahan.
Lisan
yang fasih lagi jelas itu seperti pedang yang sangat tajam. Memperjelas
yang samar samara, memenggal benang benang yang samara smar, memenggang
yang kebimbangan, dan memangkas simpul kebatilan
Allah berfirman kepada Rasulnya:
Artinya: “Mereka
itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka
pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada
jiwa mereka”. (An-Nisaa: 63)
Hal ini menjadi kewajiban bagi
seorang da’i. Dia harus mempuyai kemampuan untuk menyampaikan perkatan
yang baik, mengucapkanya dengan benar, dan memperbaiki pengucapan
lisanya.[1]
Adapun
kalimat Jawami’ul kalim ini mempunyai maksud sama seperti yang di
sebutkan diatas bahwa kita harus berbicara lugas, tegas, hikmah dan
dapat dipahami semua orang, seperti kalimat Ta’muruuna bil ma’ruf watan hawna anil mungkar (menyeru,
mengajak kepada yang baik dan meninggalkan keburukan) kalimat baik
mencakup semua sifat, perbuatan, perkataan dan peribadahan yang benar
menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Di dalam tafsir, Az Zuhri menyebutkan lafald Jawami’ul Kalim pada bab mafatih fiel yad di kitab ta’bir maksud lafald itu adalah;
انه رسول الله عليه وسلم كان يتكلم باالقول الموجن القليل اللفظ.
Artinya: Nabi berbicara dengan omongan yang sangat sedikit lafadnya, dan banyak makna (banyak kandungan maknanya).[2]
Sebaik baik perkataan bersumber dari Al-Qur’an dan As sunah
خير
الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشرّ الأمور
محدثاتها وكلّ محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فى النار
Sebaik
baik perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur’an) dan sebaik baik petunjuk
adalah petunjuk Nabi muhamad saw. Seburuk buruk perkara adalah hal hal
yang baru dalam agama dan setiap yang baru adalah bid’ah. Setiap bid’ah
itu sesat menyesatkan. Dan setiap kesesatan itu mengantarkanya kedalam
neraka.
Sebagian ulama ada yang mengartikan bijawami’il kalim adalah Al-Qur’an karena didalam hadist itu ada korinahnya lafad bu’istu (sesungguhnya saya telah diutus),[3] beliau di utus dengan membawa syareat Al-Qur’an sebagaimana dalam firmannya;
Artinya: “Katakanlah:
"Siapakah yang lebih Kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". dia
menjadi saksi antara Aku dan kamu. dan Al Quran Ini diwahyukan kepadaku
supaya dengan dia Aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang
yang sampai Al-Quran (kepadanya). apakah Sesungguhnya kamu mengakui
bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak
mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan
Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan
Allah)". (Al-An’am: 19)
Dan tujuan dari di turunkanya Al-Qur’an adalah sebgaimana di dalam surat al An’am Allah berfirman:
Artinya: “Al
Quran Ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia Aku memberi peringatan
kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya)”.
Al-Qur’an
di wahyukan kepadaku supaya dengan ia aku memberi peringatan kepadamu
dan kepada orang orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya agar mereka
berubah dari kesesatan menuju keridhaan)
Al-Qur’an di turunkan
oleh Allah kepada Nabi Muhammad untuk segenap manusia lewat perantaraan
malaikat jibril, seorang penyeru da’wah harus menyeru berdasarkan
perintah dari apa yang Allah tetapkan di dalam Al-Qur’an. Jadi pada
intinya seorang da’I harus menda’wahkan apa yang di turunkan Allah
(qur’an) dan juga menjadikan (kitabullah) Al-Qur’an sebagai sebaik baik
tempat rujukan.
Disisi lain hakekat da’wah adalah salah satu upaya
proses untuk mewujudkan perubahan tatanan yang islami. Dengan kata lain
da’wah adalah satu upaya mengfungsikan Al-Qur’an dalam kehidupan secara
optimal. Da’wah juga mengandung qur’anisasi; da’wah juga mengandung
islamisasi. Menciptakan kehidupan (Al hayat) fi dzilalil qur’an (tafsir
surat Al An’am 153) karena itu tak satu sudutpun dari kehidupan manusia
muslim lepas dari control Al Qu’an, dan pengawasan Allah. [4]
karena Al-Qur’an adalah acuan utama kajian da’wah yang mempunyai makna
menyeru kepada Allah. agar manusia mentaati segala perintahnya dan
menjauhi segala laranganya.
Kenapa jawami’ul kalim bisa
alqur’an.?? Di dalam hadist di sebutkan sebaik baik perkataan adalah
Al-Qur’an karena alqur’an puncak dari segala lafald, dari yang tidak
diketahui ma’nanya sama sekali, dalam arti hanya Allah yang tau, dan
juga lafald yang bukan sembarang orang yang bisa mengetahuinya hanya
para ulama dan orang orang yang berilmu saja yang dapat mengetahuinya,
sampe lafald yang mana lafald itu semua orang mengetahuinya, hingga yang
luas ma’nanyapun ada di dalam Al-Qur’an.
Jadi sebagai seorang
da’I setiap dalam bertutur kata atau dalam segala aspek pembicaraan
harus mempunyai makna yang berfaedah, memberikan manfaat bagi orang lain
serta sejalan dengan alqur’an dan tidak bertentangan dengan maksudnya.
Dalam artian Berkata sedikit tapi lugas, tegas, padat, hikmah,
bermanfaat dan dapat di pahami oleh semua orang. Sebagaimana Rasulullah
ketika berbicara, pembicaraanya selalu mengarah kepada apa yang dimaksud
Qur’an dan tidak menyalahinya. Maka tak heran akhlak beliau disebutkan
di dalam salah satu hadist beliau di identikan sebagai cerminan dari
Al-Qur’an asiyah mengatakan khulquhu khulqu Al-Qur’an. Dan
Nabi juga mencontohkan kepada kita untuk berbicara dengan qaulul khasan
bahkan nabi memberikan anjuran sekiranya seseorang tidak bisa berbicara
dengan baik maka rosulpun menyuruh kita untuk berdiam. Karena dengan
sedikitnya seseorang itu bicara akan menumbuhkan kewibawaan seseorang di
tengah tengah masyarakat. Sehingga peran dan pengaruh seorang da’I bisa
terlihat cukup di segani di tengah tengah kehidupan masyarakat karena
secara tidak langsung ia berdakwah dengan memberi contoh uswatul
khasanah kepada masyarakat agar mereka menjadi sadar dan kembali kepada
ajaran yang benar.
Perkataan yang mengandung hikmah
Al-Qur’an
menjelaskan berbagai metode da’wah diantaranya adalah dengan jalan
hikmah. Allah memerintahkan Rasulnya untuk berdakwah dengan jalan hikmah
seperti dalam firman Nya:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[5][845]
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk”. (An-Naml: 125)
Barangsiapa
mau menelusuri sejarah kehidupan NAbi saw, maka akan terlihat bahwa
nabi selalu menjunjung tinggi hikmah dalam setiap perkaranya, lebih
lebih lagi dalam berdakwah di jalan Allah. sehingga dengan jalan ini,
maka manusia mau menerima dakwah Nabi dan atas anugrah Allah mereka mau
memeluk islam secara berbondong bondong. Hal itu juga karena karunia
yang di berikan oleh Allah kepadanaya RAsul saw. Berupa keimanan dan
hikmah dalam hatinya.
Jalan hikmah adalah merupakan salah satu hal
penting dalam metode dakwah di jalan Allah. dimana dada Rasul saw di
penuhi dengan hikmah dan keimanan.[6]
Artinya: “Allah
menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang
banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah)”. (Al-Baqarah: 269)
Demikian
juga para sahabat Rasul saw senantiasa mengikuti metode da’wah dan
petunjuk Rasulullah dengan hikmah sehingga pada masa mereka, Islam
tersebar dengan pesatnya. pada saat itu banyak sekali orang yang masuk
islam yang jumlahnya tidak di ketahui dengan pasti. setelah zaman
sahabat, muncul para tabi’in yang menyempurnakan dakwah di jalan Allah
swt. Dengan hikmah pula. Sehingga Allah berhasil memenangkan islam dan
pemeluknya dan menghancurkan kesyirikan dan pengikut kemusyrikan.[7]
كل صواب من القول ورث فعلا صحيحا فهو الحكمة
Artinya: “Hikmah itu adalah Setiap perkataan yang benar yang menyebabkan perbuatan yang benar”.
Hikmah
ialah: ilmu yang bermanfaat dan amal shaleh, kebenaran dalam perbuatan
dan perkataan, mengetahui kebenaran dan mengamalkanya.
Abu ja’far
Muhammad menyebutkan apabila di dalam Al-Qur’an di sebutkan kata kata
hikmah setelah al kitab yaitu maksudnya dan Assunah.
Hikmah yang
disertai dngan al kitab itu mempunyai arti sunah Rasulullah baik berupa
perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sejarah hidup atau biografi
Rasulullah saw. Sebgaimana di dalam firman Allah:
Artinya: “Ya
Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana”. (Al baqarah 129)[8]
Hikmah di dalam da’wah
Unsure hikmah di dalam uslub uslub dakwah di sebutkan di dalam Al-Qur’an sebagai berikut;
1). Qoulu al hasan ( perkataan yang bagus).
kalo
kita teliti di dalam Al-Qur’an di sebutkan lafald lafad yang harus di
ikuti oleh seorang penyeru da’wah sebgaimana lafad yang berbunyi qauli
kariima, qaulu layyina, qaulu ma’rufa, qaulu sadida.
a) Qaulu Layyina
Sebagaimana
di ajarkan di dalam Al-Qur’an agar seorang da’i bisa mengetahui
mad’unya sehingga ia bisa menyesuaikan kata kata sebijak mungkin, dengan
perkataan yang lembut seorang da’i bisa di terima oleh mad’unya bisanya
mad’u seperti ini adalah dari kalangan masyarakat yang berpengetahuan atau yang mempunyai otoritas atau bisa dibilang penguasa.
Sebagaimana Allah mengajarkan kepada musa suatu perkataan yang hikmah untuk di sampaikan kepada firaun.
Artinya:
“Pergilah kamu kepada Fir'aun, Sesungguhnya dia Telah melampaui batas
(17). Dan Katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk
membersihkan diri (dari kesesatan)".
Sesungguhnya hikmah dapat di peroleh melalui berbagai macam cara salah satunya seperti ini;
Lemah
lembut, halus, murah hati, dan memberi maaf dengan menjelaskan
kebenaran baik dengan perbuatan maupun keyaqinan yang di dasarkan pada
dalil dalil. Hikmah dalam tingkatan ini dapat di terapkan pada
masyarakat berpengetahuan luas (sebagaimana para penguasa) yang
senantiasa bisa menerima kebenaran dan tidak menentangnya.[9]
b) Qoulu Al ma’ruf (perkataan yang baik tidak menyakitkan)
Al-Qur’an
juga mengajarkan kepada kita untuk berkata dengan perkataan yang ma’ruf
tidak mencela dan tidak menyakitkan. Sebagaimana di dalam Al-Qur’an
surat luqman 15:
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa
yang Telah kamu kerjakan”
Wain jahadaaka ala an tusyrika bi ma laiysa laka bihi ilmun fala tutui’ huma washohib huma fie dunya ma’rufa.
c) Qaulu As sadida
Perkataan yang tegas, lugas dan tidak mencla mencle, Laah berfirman di dalam kitabnya; (AL ahzab 70-71).
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar”(70). Niscaya
Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka
Sesungguhnya ia Telah mendapat kemenangan yang besar”(71).
Terkadang
hikmah di terapkan dengan cara menggunakan kekuatan, perkataan yang
tegas, dengan pukulan dan menegakan hokum hudud khususnya di hadapan
orang orang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan yang sah. Terkadang
juga bisa Dengan cara jihaf fie sabilillah yaitu dengan cara mengangkat
senjata dengan mendapat izin Amirul mukminin terlebih dahulu dengan
tetap menjaga aturan dan syarat yang telah di tetapkan oleh Al-Qur’an
dan hadist.
Metode ini di terapkan kepada orang yang keras kepala,
menentang, zalim, dan suka berbuat kerusakan diman mereka tidak mau
kembali kepada kebenaran bahkan menolak kebenaran dan tetap pada
pendirianya.[10]
- Bermanfaat bagi orang lain walau kita tidak menikmati hasil yang kita berikan.
Suatu
perubahan tidak bisa di capai tanpa adanya sebuah usaha, dan sebuah
hasil dari usaha belum tentu bisa langsung kita rasakan melainkan bisa
jadi generasi generasi yang akan merasakanya. Dari poin ini bisa kita
pahami bahwa da’I memberi sesuatu yang selalu bermanfaat bagi orang lain
walaupun kita tidak menikmati apa yang kita berikan kepada orang lain
atau yang kita tanam. Contoh kecil seandaynya kita menanam pohon yang
menghasilkan buah, tapi kita tahu tidak menikmati hasil buah itu
dikemudian hari, karena sesuatu hal. Tapi kita yakin pohon itu pasti
berguna bagi orang lain. Maka insaallah dari situlah kita mendapat
pahala dariNya. Tidak berpikir, buat apa aku menanam pohon ini, kan
umurku sudah tua nanti kalau berbuah aku tidak menikmatinya. Inilah
pikiran-pikiran yang tidak memikirkan kemaslahatan yang akan datang.
Dalam
usaha proses dakwah dalam arti menyadarkan umat agar menjadi masyarakat
yang islami, seorang penyeru da’wah tak ada istilah kata henti.
Perjuangan harus tetap berjalan dan Usaha harus berkesinambungan
bagaikan mata rantai yang tak pernah putus. walau kita sendiri tak
merasakan hasil, akan tetapi pasti berguna bagi orang lain, anak cucu
kita. toh anak cucu kita yang meneruskan sampai final dan mereka bisa
menikmati hasilnya.
- Nusirtu biro’bi
Jangan
pernah berhenti dan merasa takut dalam melakukan dakwah, setiap
perjuangan pasti ada cobaan, dan sesulit cobaan apapun yang menimpa
seorang da’i sangatlah bermanfaat yaitu sebagai pembelajaran yang sangat
berharga. Cobaan, cacian, hinaan, bahkan sampai tipu daya dan ancaman
serta merta datang bertubi tubi untuk menggagalkan da’wah. Itu semua
hanyalah sunatullah yang berlaku di kalangan para da’i dan orang orang
yang mengimaninya, dan orang yang mengamalkanya bahwa Allah akan menguji
dalam urusan mereka. ujian itu berupa kedustaan dari para pesaing
pesaing mereka, musuh musuhnya dan orang yang tidak memahami hakikat dan
inti da’wah.
Artinya: “Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas
orang-orang yang Telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali
tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah”.
Itulah sunatullah yang tak akan pernah berubah
Artinya:
“Dan seperti itulah, Telah kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari
orang-orang yang berdosa. dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk
dan penolong”. (al furqan/25;31)[11]
Memang
tak bisa dipungkiri bahwa Kebenaran selalu berada dalam pertarungan
abadi dengan kebatilan. Setiap kali cahaya datang menyinari kebenaran,
maka lebah lebah malampun saling bersahutan karena sentuhanya.
Artinya:
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan
ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahayanya meskipun orang
orang kafir benci (Ash-shaf/61;8)
Semenjak kehalifahan
pertama, semenjak nabi pertama, semenjak kebajikan dan keburukan
dilahirkan, dan semenjak perseturuan abadi antara keduanya, realitas
yang senantiasa terulang secara kontinyu dan tampak dengan jelas adalah
bahwa kebenaran selalu menang dari kebatilan, sedangkan kebatilan selalu
kalah.
Dan sesungguhnya telah tetap janji kami kepada hamba hamba
kami yang menjadi Rasul, (yaitu) bahwa mereka itulah yang pasti
mendapatkan pertolongan. Sesungguhnya tentara kami itulah yang pasti
menang. (Ash-shaf/37:).[12]
Di dalam sebuah hadist di sebutkan hal yang sema’na bahwa;
Aku
diberi pertolongan, diberi rasa takut dengan musuh. Maksud lafald di
atas, bahwa Rasulullah telah diberi pertolongan oleh Allah, bahwa
mungsuh-mungsuh Allah diberi satu rasa ketakutan tatkala menghadapi
Rasul (pasukan kaum muslimin). Dan itu salah satu fadhoil-fadhoil
rasulullah sebagaimana di dalam satu hadist.
قال النبي
ص.م. قال: أعطيت خمساً لم يعطهنّ احد من الأنبياء قبلى نصرت باالرعب مسيرة
ثهر, وجعلت لى الأرض كلها مسجداً وطهوراً فأيّما رجلٌ من أمتي أدركَته
الصلاة فليصلي و أحلّت لي الغنائم ولم تحلّ لأحدٍٍ قبلي وأعطيت الشفاعة
وكان النبي يبعث لقومه خاصة وبعثت الى الناس كافة. (متفق عليه)
Sesungguhnya saya di karuniai lima hal yang belum pernah di karuniakan kepada para nabi nabi sebelumku; aku di beri pertolongan (kemenangan) oleh Allah sebelum bertemu musuh sejarak satu bulan perjalanan,
seluruh permukaan bumi di jadikan untuku suci dan tempat solat, maka
dimanapun seorang umatku mendapati waktu solat telah tiba hendaklah ia
solat di situ, harta rampasan perang (ghonimah) di halalkan bagiku, aku
dikaruniai syafaat, dan seorang nabi diutus untuk umatnya saja namun aku
di utus untuk seluruh manusia.
Perspektif Dakwah
Hakekat
sebuah perjuangan da’wah untuk tegaknya islam walaupun ujian, dan
cobaan menghadang secara bertubi tubi jikalau seorang da’i ikhlas
lillahita’ala dan sesungguhnya yang didakwahkanya adalah semata mata
murni dari (Al-Qur’an Assunah) demi tegaknya islam. Ingat dan
bergembiralah pertolongan Allah pasti akan segera datang. Liatlah
qudwah kita Nabi Muhammad, para sahabat sahabatnya, dan para pengikut
generasi sesudahnya yang kemulianya oleh Allah di abadikan di dalam
alqur’an sebagai sebaik baik umat.[13]
Pemberian
gelar mulia seperti itu disebabkan karena mereka bersusah payah dan
ikhlas berjuang demi tegaknya izzul islam wal muslimin, bahwasanya Allah
tidak akan menyia nyiakan usaha mereka dan pasti akan menolong mereka
dengan sebaik baik pertolongan
Mereka (orang orang kafir) membuat makar untuk menghentikan dakwah sesungguhnya sebaik baik makar adalah makar Allah.
Artinya: “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”.
- Wa Bayna Anaa Naaim Roaytani Bimafatihil Khazaainil ‘Ardhi
Alhasan
menyifati keadaan orang orang shalih dengan ungkapanya; Semoga Allah
memberikan kasih sayang (rahmat) kepada orang orang yang menganggap
dunia hanya sebagai barang titipan, lalu dia mengembalikanya kepada
orang yang telah menitipkan amanat kepadanya, setelah itu dia pun pergi.
Abu Darda berkata: siapa yang tidak merasa cukup dengan kehidupan dunia
maka dia tidak akan memiliki dunia sama sekali. Masih perkataan
Al-Hasan mensifati dunia lagi dengan ungkapannya: Sungguh indah dunia
bagi orang mukmin dia hanya melakukan sedikit amal tetapi ia adalah
bekal menuju surga. Sungguh buruknya dunia bagi orang kafir dan munafik.
Dia hanya menghabiskan malam hanya sebagai bekal mengantarkan ke
neraka. Seorang mukmin di dunia ini bagaikan seorang tawanan yagn selalu
berusaha untuk melepaskan diri, dia tidak akan metara aman sedikitpun
sehingga dia berjumpa dengan Allah.
قال النبي: يعني مافتح على المسلمين من الدنيا وهو يحثل الغنائم والكنوز.
Pengaruh sikap da’I terhadap masyarakat
Al-Qur’an
berbicara tentang sunah sunah perubahan yang mengarahkan berbagai
perubahan fenomena social di masyarakat. Untuk menunjukan suatu
perubahan yang baik (positif) dapat di pahami dari firman Allah swt.:(Qs
Ar ra’ad; 11)
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat
yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah[14]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[15]
yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
Artinya:
“(siksaan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah
sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang Telah
dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang
ada pada diri mereka sendiri[16], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.(Al-Anfal: 53)
Maksudnya
yang demikian itu karena Allah sekali kali tidak akan merubah ni’mat
yang telah di anugrahkanya kepada suatu kaum, hingga mereka merubah apa
yang ada pada diri mereka sendiri.
Al-Qur’an menunjukan bahwa
suatu perubahan masyarakat tidak akan efektif melainkan jika di arahkan
oleh pola pola perubahan itu sendiri;
Pola pertama: perubahan harus di mulai dari seluruh muatan yang ada pada diri manusia
lalu disusul dengan perubahan pada bidang social, muatan diri manusia
memiliki pengertian yang luas ia meliputi pemikiran nilai budaya,
kecenderungan, kebiasaan dan tradisi. Ia juga mencakup persepsi manusia
tentang asal penciptaan, alam raya, kehidupan dan tempat kembali
(akhirat))
Pola kedua; perubahan menuju keadaan yang lebih baik
dan buruk akan terwujud jika dilakukan oleh masyarakat secara kolektif,
bukan individu individu.
Pola ketiga; perubahan akan berhasil jika masyarakat memulai perubahan terhadapa apa yang ada pada diri mereka,[17]
Dengan
proses da’wah yang kita harapkan dengan mencitacitakan suatu perubahan
seperti yang dikehendaki oleh Allah dan Rasulnya apalagi harus memahami
pola pola yang di sebutkan diatas. maka dapat di katagorikan dam hal
perubahan ini sangat membutuhkan peran da’I yang bisa merubah suatu
keadaan menuju tegaknya manhaj ilahi dengan aqidah dan keimanan yang
teguh. Ilmu yang bersumber kepada alqur’an dan As sunah nabi saw dan
menjadikan islam sebagai satu satunya panduan hidup dan selalu melawan
setiap bentuk keyakinan, tindakan , system, pola hidup yang dinyatakan
batil oleh islam[18]
Peran Da’i
ü Sebagai Agen perubahan yang positif.
Layaknya
agen, ia harus mempunyai misi dan merasa tanggung jawab untuk
menyelesaikannya. Begitu pula seorang da’i, ia adalah agen yang
mempunyai misi perubahan untuk merubah masyarakat dari kerusakan,
kemaksiatan dan kesyirikan menuju sesuatu perubahan yang baik, ketaatan
dan ketauhidan. Menjadi agen-agen Allah yang akan diapresisasi sebagai
umat terbaik jika menjalankan dan sukses dalam menjalankan misinya itu.
Artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung”. (Qs. Al-Imran: 104)
ü Pembawa risalah (penyeru)
Artinya: “Kami
tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya,
supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka
Allah menyesatkan, siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada
siapa yang dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana”.(Qs. Ibrahim: 4).
Misi para da’i adalah misi
mulia, yaitu melanjutkan tugas para rasul untuk menyampaikan risalah
Islam kepada umat manusia. Karena tugas tabligh adalah sebuah
keniscayaan untuk meninggikan kalimat Allah. Kemuliaan dan ketinggian
Islam hanya dapat dicapai melalui upaya da’wah yang konsekuen dan
konsisten. (Yasin 17)
Dari ayat diatas mengidentifikasikan bagi
seorang da’i untuk menyeru dengan menggunakan bahasa suatu kaum tersebut
seperti dalam perkataan Imam Ali Khatibunnaasa Bi Qadri‘Uqulihim. Dan ini menjadi metode tersendiri bagi seorang da’I dalam menyampaikan da’wah.
ü Sebagai penyelamat umat.
Walaupun
sisi lain seorang pengemban da’wah mempunyai kewajiban untuk menyeru
kepada umatnya dengan seruan yang baik. seorang da’i juga harus
mematrikan di dalam hatinya kewajiban usaha untuk merubah umat dan tidak
Cuma berkutat kepada menyampaikan (tablig) saja. sebagaimana alllah
berfirman di dalam Al-Qur’an (Ali imran 103)
Artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.
Apalagi
jika problematika umat sangat komplek dan harus di sikapi dengan serius
dengan berbagi macam terapi untuk menyembuhkanya, bukan hanya sekedar
Tabligh (meyampaikan) dengan alasan acuan sebuah ayat Wamaa alaina illa balaghul mubien.
Sehabis itu umat di tinggalkan begitu saja, dalam kondisi yang pada
hakikatnya keadaanya sangat membutuhkan terapi untuk suatu perubahan
yang positif dan lebih maju dari keterpurukan. Maka dakwah harus
berusaha dalam penyelamatan umat, perubahan, pembebasan umat, agar bisa
terealisasikan syareat yang di ridhai.
Kesimpulan
Seorang
da’i harus mempunyai rasa tanggung jawab dalam memikul tugas amanah,
selain rasa tanggung jawab ia juga harus terpatri di dalam hatinya suatu
beban kewajiban dalam rangka merubahan suatu masyarakat agar menjadi
masyarakat yang mempunyai nilai dan akhlaq yang islami, tidak lain dan
tidak bukan agar supaya mereka sadar dalam menyikapi hakikat kewajiban,
tujuan hidup di dunia dan tugas apa yang mereka harus lakukan di dunia.
Da’wah dan da’i tak bisa di pisahkan dari suatu perubahan, da’wah
sebagai proses untuk pembebasan dan pembenahan umat dari keterpurukan.
Da’wah akan bisa berjalan dengan mulus jikalau seorang da’i itu sendiri
memahami apa yang harus ia lakukan, dalam artian memahami kondisi mad’u
dan keadaan da’i dalam semua aspek sperti kekuatan (kapasitas),
kelemahan (kekurangan) peluang (kesempatan) dan tantangan. Dalam hadist
ini di jabarkan dalam perspektif da’wah bahwa sebagai seorang penyeru
harus;
Mempunyai metohode hikmah di segala hal sekalipun dalam
aspek muamalah apalagi dalam menyampaikan kebenaran, hikmah dalam artian
yang sangat luas yaitu dalam hal pembicaraan, hikmah juga bisa di
artikan setiap ucapan berlandaskan argument yang kuat yaitu bersumber
dari Al qur’am dan Assunah yang hanya terlontar darinya ucapan yang
jelas lugas lagi tegas sebagaimana Rasulullah saw mengajarkan bahwa
beliau berbicara dengan singkat sedikit lafald akan tetapi banyak ma’na
(jawami’ul kalim) dalam hal da’wahpun juga di tuntut seperti itu.
Da’wah
pasti ada ujian dan cobaanya walupun segala rintangan dan ujian selalu
datang menghadang, ingatlah semua itu adalah Sunatullah yang pasti
terjadi. sesungguhnya orang orang yang ikhlas yang selalu menyerahkan
hidup dan matinya di jalan da’wah, dan kemaslahatan umat, ia pasti akan
tetap tegar dijalaNya sampai pertolongan Allah datang.
Referensi:
v Demi masa! Beginioah waktu mengajari kita Terjmh oleh Dr. A’idh Abdullah Al Qarni pstk:cakrawala publishing Jakarta
v Kitab fathul bari oleh; ibnu hajar Al asqolani
v DA”WAH, mencermati peluang dan problematikanya penrbt; STID M Natsir press.
v Menjadi da’i yang sukses ,Trjmhn oleh Dr Sid Al qahthani pnrbt: Qisti pers jaktim
v Fathi yakan problemetika Da’wah dan peran da’i, solo: Intermedia 2003.
v Abdul Malik Bin Muhammad Al-Qasim. Menyikapi kehidupan Dunia, Jakarta: Pustaka Ibnu Kasir 2005.
v Dr. Majid Irsan Al-Kilani, Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib, Jakarta: Auliya Media Atama, 2007.
[1]Demi masa! Beginioah waktu mengajari kita Terjmh oleh Dr. A’idh Abdullah Al Qarni pstk:cakrawala publishing Jakarta hal; 28
[2] Kitab fathul bari oleh; ibnu hajar Al asqolani hal;
[3] Fathul bari, Ibid
[4]
liat makalahnya pak husain Umar sebelum di edit oleh tim editor ulil
amri syafri dkk yang sekarang sudah di terbitkan di dalam buku yang
berjudul DA”WAH, mencermati peluang dan problematikanya penrbt; STID M
Natsir press.
[5] Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
[6] Menjadi da’ie yang sukses ,Trjmhn oleh Dr Sid Al qahthani pnrbt: Qisti pers jaktim hal; 27
[7] Dr said Al qahtani. Ibid hal; 29
[8]
Dr said Al qahthani Ibid hal; 26. Hikmah dalam artian as sunah yang di
sebutkan di dalam Al qur’an lebih lanjutnya liat surat Al baqarah 231,
ali imran 154, Al jum’ah 2, dll
[9] Dr said al qahthani Ibid hal: 29
[10] Dr said al qahthani Ibid hal; 30
[11] Lengkapnya lihat Problematika dakwah dan para da’ie hal; 55
[12] Problematika DAKWAH dan para da’ie. Terjmhn Oleh: Fathi Yakan penrbt: intermedia Solo hal; 27
[13] (Ali imran 104 dan 110)
[14]
bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya
secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat
amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat Ini ialah malaikat
yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.
[15] Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.
[16]
Allah tidak mencabut nikmat yang Telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu
kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.
[17] Dr. Mistiri kelam umat islam
[18] Majalah Risalah mujahidin
Thanks,,,,
ReplyDeleteats wwsanY